Rabu, 05 Agustus 2015

Benua Hati

Tempat ini tak asing bagi Andi. Kota yang cukup bersih, rapi, dan memiliki para penghuni yang teramat ramah. Dan itu semua membuatnya tak ingin lekas meninggalkan jejak.
Semasa kecil, Andi pernah berlari dibawah senja bersama debu pinggiran kota ini. Kota yang sempat menulis cerita singkat dimasa pertumbuhannya
Banjarbaru....
Inilah kota indah penuh kenangan dalam sejuta ingatan yang hampir terhapus dengan tulisan baru milik Tuhan untuknya.
Dan sekarang.... ia telah kembali.
Entah datang atau pulang ia disini.
Satu hal yang pasti, ia senang. Terima kasih untuk kesempatan ini Tuhan,fikirnya dalam hati.


Sebuah perjalananlah yang menuntunnya untuk bisa kembali ke kota ini. Perjalanannya sebagai seorang pemuda dengan segala usaha untuk bisa membuat keluarga kecilnya bahagia, adik dan sang Ibu.
Karena sejak sepeninggal Ayah, Andi menjadi satu-satunya tulang punggung di atap tidur keluarganya.
Dan perjalanannya kali ini menghadirkan rasa yang tak biasa. Rasa bahagia saat ia melihat lukisan indah yang Tuhan titipkan diparas seorang hawa. Rasa hebat saat ia tengah menunggu setiap hari untuk sekedar melihatnya menikmati sarapan pagi.
Entah panah jenis apa yang ditancapkan sang Arjuna di jantung hati Andi, begitu lekasnya ia bisa merasakan degupan aneh yang sudah terlalu lama tak ia rasakan.
Mungkin terlalu lama, hingga sulit baginya untuk membedakan perasaan apa yang tengah hadir sekarang.

Ika, gadis kecil setengah tomboy dengan tingkat kecuekkan level 85 dikombinasikan dengan kejahilannya yang cukup membuat siapa saja bakal menjadi geram.
Dialah wanita yang dimaksud oleh Andi.
Datang mengetuk pintu hati buram nan usang dengan membawa sejuta warna.
Warna yang entah sampai kapan akan  terus benderang memancarkan cahayanya.

Hari pertama dikota itu, Andi disibukkan dengan serangkaian acara yang sudah tersusun rapi.
ditanggalkannya pakaian yang dikenakannya sesampainya dihotel tempat ia menginap.
Bergegas ia untuk segera ketempat acara mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 15.00.
Sesaat Terlintas dibenakknya saat dibandara, saat Andi untuk pertama kalinya benar-benar memandangnya secara dalam.
Meski ia sudah pernah melihatnya hampir setahun silam di kota istimewa.
"Aaargghhh..... ", Andi membuyarkan lamunannya dan memutuskan untuk menyingkirkan rasa yang menggeluti hatinya agar ia bisa lebih fokus dengan tugas yang diembannya.

Terasa lunglai tubuh Andi saat ia menyelesaikan hari pertamanya dikota itu. Namun semangat untuk hari esok tetaplah menggebu karena besok pagi ia akan berjumpa dengan kakaknya yang sudah sekian tahun tak bertatap wujud.
Sesampainya dikamar, dimainkannya jemari membalas segala pesan yang tak sempat dibacanya seharian. Dibukanya pula galeri foto, dan melihati foto-foto bersama rekan lainnya saat sedang bertugas tadi.
Bibir Andi menyeringai lebar melihat sosok Ika pada foto terakhir yang dibukanya.
Dipejamkan matanya perlahan, dibisikannya doa dengan lirih. Meminta pada yang kuasa agar esok akan lebih bahagia.
Tak sadar Andi pun terlelap bersama foto Ika dihandphone yang masih ia genggam.

Hari kedua, ketiga dan keempat semuanya terasa begitu singkat.
Adalah Andi bersama rekan lainnya berwisata menghabiskan pagi di destinasi yang ada di kota tersebut.
Menikmati hangatnya pagi, dan menyisir pinggiran sungai untuk sekedar menyapa sang kota benua.
Tak ada kejemuan mata Andi bila ia diam-diam terus mencuri pandang pada Ika, dan sesekali Andi menjahili Ika dengan menarik ikat rambut atau mengusap kasar rambut Ika hinggat terberai berantakan.
Andi sungguh menikmati harinya disana. Berkesan dan ada kata yang bisa dirangkaikan menjadi kalimat untuk cerita perjalanan hidupnya.
Hari yang mungkin tak akan terulang lagi untuk kedua kalinya.
Hari yang mungkin tak senyaman ini bila saat kembali nanti.

Tibalah Andi di hari terakhirnya di kota Benua.
Tibalah Andi di hari terakhirnya melihat Ika dari kejauhan yang tengah sarapan pagi.
Tibalah Andi di hari terakhirnya menikmati salam rindu dari kota yang sempat membesarkannya.
5 hari bukanlah waktu yang lama untuknya mengukir hati dengan nama Ika dipermukaannya.
Tapi setidaknya ada senyum kecil Andi yang berhasil Ika ciptakan.
Ia harus segera kembali ke kota dimana ia beradu keluh dan tenaga.
Menjalani segala rutinitas yang tak sedikit setiap harinya.
Melanjutkan cerita hidup bersama orang-orang yang ingin dibahagiakannya.
Sembari menunggu kesempatan selanjutnya yang entah akan diberikan atau tidak oleh sang pencipta.
"Sampai jumpa lagi kota Benua, sampai kita bertatap lagi...."
Benak Andi dalam hati.