Sabtu, 18 April 2020

Senandung Perpisahan


Dear.... wanita yang kuimpikan untuk bersama
Hampir aku hilang saat gelap menghampiri
Kala kucoba berlari mengejar angan yang sebenarnya tak pasti
Menerawang jauh mendapati hati yang telah bertuan
Masihlah kini kuberlari...

Senja yag pernah mengajarkanku sebuah arti
Dimana dunia tak selamanya akan terang
Masih ada hal yang mampu membuatnya gelap
Takdir
Sudah menjadi takdir bagi senja untuk meredupkan terangnya matahari menjadi langit malam
Kaukah senja itu???

Bila Tiba


Sebuah pengharapan terlahir dari sebuah pertemuan
Seakan takdir mulai menampakkan wujudnya
Menantikan detik yang berlalu lambat didalam kesendirian
Memetik kasih yang mungkin akan segera diberikan Tuhan
Namun takdir belum memutuskan
Seonggok keanggunan yang ditawarkan ternyata hanyalah sebuah belati
Menciptakan luka kecil dan menghadirkan perih yang mendalam
Dan menjadikan sebuah harapan menjadi asa yang tak bermakna
Kuyakinkan dalam hati...

Surga Dikakimu


280 hari bukanlah waktu yang singkat
Beban yang kuberikan seakan begitu mudah kau jalani
Kekuatan hati dan kasih sayang menjadi penopang
Atas semua kesakitan dan keluh kesah selama mengandungku
Didasari keikhlasan kau menjagaku
Dilandasi kelembutan kau merawatku di rahimmu
Menjadikanku seonggok daging yang siap melawan dunia
Memberikanku pembekalan dari semua sifat mulia yang kau miliki

Pemenang Dihatimu


Teriknya Matahari diubun kepala tak mengindahkan hatiku untuk tidak terus tersenyum didalam sejuk
Kulihatnya dipucuk singgasana sedang menari dengan riangnya
Meresapi belaian tawa yang semakin lembut
Dan membawaku pada sebuah pengharapan terbaik yang pernah Tuhan beri

Hey….. lihatlah seonggok daging dengan cinta ini
Tengoklah kemari
Yang hampir membinasakan egonya demi sebuah mata cantik yang membias tepat disudut relung kalbu
Nikmatilah setiap jengkalan jemari per jemari dari kasih yang ditawarkan
Ambillah ini untukmu

Dan teruntukmu pula
Sang bunga hati yang sempat hampir tak tergenggam
Kuberikan hatiku agar kau bisa melihat bagaimana cinta menjagamu
Meski lamunan ingatkan bahwa aku tak sendiri disini
Tapi niat suci yang bersimpuh pada Illahi ini tak akan surut bersama rasa takut
Hingga aku menjadi pemenang dihatimu
Maka ambillah semua ini memang untukmu

Menanti Senja



Dari tengah ke barat
Menoreh pada garis kehidupan
Sebuah perjalanan kecil seperti biasanya
Terbang, rebah, hanyut, lalu tenggelam bersama alam
Menikmati senja temaram yang kian menghilang
Di penghujung hari yang menjadi asing diperaduan

Ada cerita ada pula tulisan
Sesekali menampakkan wujudnya dan menghadirkan kekaguman
Tapi hidup akan selalu begitu
Menghabiskan cahayanya untuk menggelapkan sisanya
Terlebih pada sebuah senja yang terus mengamati dari kejauhan
Bermula dari harapan untuk menjadi keindahan
Keindahan apabila senja masih ingin datang

Sebuah ketetapan atas takdir bagi senja untuk menghiasi
Memberikan senyum bagi siapa saja yang melihatnya
Menghadirkan sayup teruntuk yang juga menikmatinya
Kudengar denting minor disetiap akhir dari barisan bias cahaya
Namun berbisik lirih agar aku tetap duduk disana
Bukan untuk kedinginan, bukan untuk hilang dalam kecemasan
Melainkan untuk tetap menikmati senja yang mungkin akan datang
Bisa saja senja itu rindu
Mungkin saja senja itu cinta
Atau mungkin senja itu doa yang sama

Dan bila senja ingin kembali datang
Maukah kau duduk disini menemani.....

Karena Ku Sayang Kamu


Seandainya  kau  ada  disini  denganku
Mungkin  ku  tak  sendiri
Hanya bayanganmu  yang  selalu  menemaniku
Hiasi  malam  sepiku

Kuingin  bersama  dirimu
Ku  tak  akan  pernah  berpaling  darimu
Walau  kini  kau  jauh  dariku
Kan  s'lalu  kunanti
Karna  ku  sayang  kamu
Hati  ini  selalu  memanggil  namamu

Dengarlah  melatiku
Ku  berjanji  hanyalah  untukmu  cintaku
Tak  kan  pernah  ada  yang  lain
Sampai nafas terakhir ku kan cintaimu

Adakah  rindu  dihatimu
Seperti  rindu  yang  kurasa
Sanggupkah  kuterus  terlena  tanpamu  disisiku
Ku  kan  s'lalu  menantimu

Dermaga Penantian #PUISI


Ku singkap hati sedalam yang ku mampu
Mencoba mencari arti dari sebuah kesungguhan
Jawaban dari gundah dan resah yang berselimut ketakutan
Menelaah jauh dalam kenangan yang tak berarah
Mereka sebut itu rindu
Tapi bagiku ini penyesalan
Dimanakah kau yang kucinta sekarang ?

Kala mencari tak sampai diujung jalan
Lunglai terhunyung pada langkah yang tak biasa
Berharap ada dirimu saat ku tengah bersinggah
Sejenak menghela nafas lalu tersenyum menatapmu
Mencoba menuntut kasih manis diperaduan
Namun yang tersisa dari angan itu adalah dirimu yang membatu
Setelah kubunuh sendiri perasaanmu untukku

Janjiku terpatri
Perjuanganku tak berhenti sampai disini
Begitupun doaku yang selalu indah nan harum surgawi
Maka di dermaga inilah aku menanti
Tersudut pada kebodohan dan menunggu mati
Karena kitalah Malaikat bersayap satu yang dapat terbang jika saling memeluk kembali

Di Pelupuk Senja #PUISI


Angin berhembus menyibakkan keraguan di benakku
Kurasakan kehidupan telah berubah
Satu persatu sosok bayangan putih menghilang dari pandangan
Tergantikan oleh kegelapan yang menyatu menutupi kesemua inderaku
Seperti halnya seekor burung kecil yang terpisah dari induknya
Tanpa arah dan tujuan kemana harus mengepakkan sayap
Bak itulah hati ini terbelenggu oleh kebingungan
Kehilangan arah, kehilangan akal, kehilangan semua yang menghiasi
Memejamkan mata menjadi sebuah kesempatan kecil
Mencoba untuk melawan dan menikmati kegelapan tadi
Membayangkan duduk dipangkuan sang alam
Menghadap langit jingga setengah biru yang membentang
Menundukkan kepala dan memohon doa kepada sang pencipta
Agar kelak ada secercah harapan agar tubuh ini bisa melanjutkan perjalanan
Dan bukan diam seperti ini

20 Juli 2013
Andin Destian