Minggu, 17 Desember 2017

Gadis Berpayung Hitam


Ada sudut lain yang terlihat saat segelintir lainnya juga memiliki sudut pandang berbeda dalam menilai.
Merasuk seperti angin ke paru-paru, menjadi nafas dalam setiap detiknya.
Terasa cepat, begitu cepat bahkan..... tak memberi ampun pada hati untuk terus merasakan lembut wajah di setiap ingatan akannya.
Adakah yang salah?????
Bukankah Tuhan memberikan getaran itu dengan keikhlasan.
Dengan segala pertimbangan dan penuh kehormatan sebagaimana layaknya sesuatu yg alami.
.
Ialah gadis berpayung hitam.....
Terdiam dan berpaling kebelakang, menatap tajam pada sosok hina yang telah menggantungkan hati ini padanya.
Tatapan yang seakan enggan memberi celah pada siapapun yang ingin datang.
Bagai mawar merah yang menguncup dan tak ingin ada seekor kupu-kupu lain hinggap untuk mengambil sari miliknya.
Ialah gadis berpayung hitam.....
Yang kutemui hampir dipenghujung jalan, saat perjalanan hati telah berakhir dan kala mata sudah tak memiliki pijakan untuk mencari arah selanjutnya.
Ialah gadis berpayung hitam.....
Yang sebenarnya juga telah lama meneduhkan seseorang.
.
Langit pernah menghitam seketika, seakan alam memberi isyarat bahwa apa yang terjadi tak pernah direstuinya.
Tapi detik juga tak pernah ingin berhenti, terus mencoba untuk menikmati setiap sudut wajah kala tengah duduk berdua.
Pagi, siang, dan malampun dibuatnya terasa sama. Bagai sedang berada dibawah pelangi, berada diantara spektrum keindahan ciptaan Tuhan yang bersenandung dengan suasana perasaan.
Walau kadang sesekali jiwa tersadarkan bahwa sebenarnya ada ruang kecil yang terisi dengan rasa perih. Perih yang tak terdefinisikan tingkatnya, yang terlahir dari sebuah kenyataan.
Kenyataan manis baginya, namun menjadi pahit bagi seorang hina yang juga menyayanginya.
Yaaaaa..... menyayanginya..... gadis berpayung hitam.
.
Lalu apa?????
Gunung apa yang harus diruntuhkan untuk menyampaikan butiran kasih ini?
Gunung kesetiaan?????
Atau gunung perasaan ini saja yang dibumihanguskan?????
Hingga bisa tenggelam bersama lara yang tak sengaja terlahir karena sebuah perjalanan.
Engganlah raga untuk menghancurkan payung hitam itu, tak ingin bila gadis harus terhujani dengan air kehidupan.
Namun kuasa tak terbendung, menjerit memekik memanggil sebuah nama agar bisa berada dibawah payung hitam itu jua.
Yaaa..... sebuah nama yang ingin merengkuh, berpegang pada gagang yang sama dan berdiri berdua menghindari teriknya panas alur kehidupan.
Yaaa..... berdua.
.
Lalu apa?????
Ketika diam, berjalan, dan berlaripun akan menjadi sebuah asa sama yang tak berujung.
Berserahlah ini semua pada sebuah kekuatan tiada tara yang maha bijaksana.
Yang mengetahui apa yang tengah terjadi sesungguhnya.
Tentang sebuah cerita baru, yang dititipkannya pada sebuah jiwa usang tak beraturan.
Tentangnya.
Darinya.
Untuknya.
Gadis berpayung hitam.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar