Rabu, 12 Februari 2020

NUR

Nur, begitu orang memanggilnya.
Seorang remaja masa kini dengan segala keceriannya. Layaknya remaja pada umumnya dengan semua hobi yang dipunya. Mulai dari nongkrong, jalan ke mall, nonton, hingga rajin beraktifitas di sosial media. Yaaa..... ialah seorang perempuan bertubuh kecil yang selalu menabur senyum dan tawa untuk dunia. Sampai semua itu terjadi dengan begitu singkatnya.....
Dalam kesehariannya, ia yang baru saja lulus dari bangku SMA beberapa tahun silam ini juga merupakan aktifis muda pada sebuah organisasi. Meskipun tergolong baru di organisasi itu, namun dengan semangatnya ia bisa dengan cepat belajar dan beradaptasi. Maka tak ayal ia sering dipercaya untuk mengerjakan sesuatu hal yang cukup penting di organisasinya tersebut. Bahkan karena paras cantik dan kulit putihnya, beberapa diantara anggota organisasi tersebut juga ada yang ingin mendapatkan hatinya. Sampai semua itu terjadi dengan begitu singkatnya.....

Hari itu matahari sangat terik. Seakan mencoba membakar ubun-ubun siapa saja yang tepat berada dibawahnya. Dilangkahkannya kaki perlahan untuk mengarah ke pelataran rumah. Segera ditariknya helm yang tergeletak disebuah meja kayu kecil didekat pot bunga. Hari ini, ia akan melakukan pertemuan dengan para anggota di organisasinya tersebut untuk membahasa suatu pekerjaan.
Perjalanan harus ditempuh sekian kilometers untuk bisa sampai dilokasi pertemuan tersebut.
Debu, asap dan terik menjadi teman sesaat diperjalanan itu.

Tepat pukul 13.10, kulihat ia dari dalam pagar besi berwarna hijau sedang bergegas memakirkan motornya. Aahhh.... akhirnya kulihat senyum manis dan wajah lucunya dari kejauhan. Meskipun aku tahu senyum itu hanyalah sebagai permohonan maaf atas keterlambatannya. Yasudahlah.... tak mengapa fikirku dalam hati.
Sejak mimpiku tentangnya beberapa hari yang lalu, entah mengapa bayangnya selalu ada di benakku hingga saat ini. Bahkan tak jarang jantungku berdebar bila disampingnya. Aneh.... tak biasanya seperti ini. Karena memang mengenalnya sudahlah cukup lama, meskipun saat pertama melihatnya aku memang mendapat kesan yang sama anehnya.

Rapat selesai di pertemuan siang itu. Banyak sekali agenda tersusun yang akan kami jalani bersama tim. Dan hampir semua ada dirinya. Pasti akan seru dan menyenangkan, semoga saja begitu harapku dalam hati.
Dan setelah berjalan sekian hari dari hari itu, benar adanya. Kejanggalan terus kurasakan. Lebih dari senang dan seru bahkan. Aku bisa melihat senyumnya lebih lama dari biasanya. Aku bisa melihat matanya lebih dalam daripada biasanya. Kucoba mencari dan menafsirkan apa yang tersirat dari cara dia menatapku. Tapi tak kutemukan jawaban. Mungkin aku yang masih belum baik dalam menafsirkan, atau memang tak pernah ada jawaban. Entahlah..... Allah SWT yang lebih paham.
Dan setelah daripada hari itu, tak hanya dalam agenda kegiatan kita bertemu. Sesekali kami mengatur waktu untuk sekedar jalan bersama, nonton, ataupun bersama-sama menikmati senja di ufuk barat yang akan terbenam dengan indahnya.
Lama sudah tak kunikmati hari-hari seperti ini, setelah kekhilafan dan beberapa kesalahanku terdahulu yang sempat merusak perasaanku sendiri.
Kembali aku tak mengetahui ada apa sebenarnya dengan ini. Kucoba nikmati setiap waktu bersamanya. Apapun itu, sekecil apapun itu, sedikit apapun itu. Hingga akhirnya ada namanya disetiap sujud akhirku. Huffttt..... semakin tak karuan dibuatnya. Biarlah.... aku hanya mencoba menjadi selayaknya manusia yang harus ikhtiar dan berdoa disaat mengingkan sesuatu. Ya... kurasa aku menginginkannya. Bahkan sekarang lebih dari itu.

Rabu, pukul 14.00 aku sudah ada dibawah rumahnya. Menjemputnya untuk beraktifitas bersama dalam urusan kerjaan. Seperti biasa, berdebar-debar jantung ini dibuatnya. Namun sebisa mungkin kuatur nafas ini agar tak terlihat canggung dihadapannya. Sebenarnya aku paham, sadar, dan mengerti benar bahwa adalah sebuah kebodohan mencintai seorang yang sudah tak sendiri. Tapi logikaku kembali tak sanggup melawan hati. Dan terus kunikmati saja dari semua yang aku rasakan. Sembari terus kusugestikan bahwa aku tak mengetahui bahwa ia sudah berdua. Yaa, berpura-pura tidak tahu adalah langkah yang kuambil saat ini. Selebihnya akan kuserahkan kepada sang Illahi untuk kedepannya. Dan kutanamkan mental yang sangat kuat atas segala resiko terburuk yang mungkin akan aku dapati di akhir cerita kelak. Karena sangat mungkin sekali cerita ini akan berakhir dengan perih. Yang penting maju saja, apa yang dirasa harus kusampaikan dengan segala cara. Begitu menurutku..... Semoga kali ini berbeda gumamku dalam hati.

Dari keterbatasan itulah aku mencoba untuk menjadi seorang yang bermanfaat untuknya. Sekalipun aku juga masih sangat buruk sebagai manusia dihadapan Allah SWT. Terus mengingatkannya pada kebaikan dan berusaha memperbaiki diri serta melayakkan diri semisal ada jalan untuk bisa bersanding dengannya nanti.
Dan berharap pada sang pencipta rasa agar kelak semua menjadi kepingan kenangan indah yang bisa disimpan untu selamanya.
Aku hanya perlu berpura-pura, aku hanya perlu usaha dan doa, aku hanya perlu berbagi cerita dengannya.
Semoga senyum lucunya selalu ada untukku, dan hanya untukku.....

Minggu, 02 Februari 2020

Nafas Terakhir

Sembab.....
Cairan hangat mulai tak terbendung membasahi
Bergetar begitu menukik tajam dan menghantam tepat ditengah perasaan
Tak berarah menjelma sampai ke sudut otak kiri
Melayang dan lunglai dibuatnya
Menciptakan rasa baru yang mereka sebut perih

Tepat kala berada disepertiga hari
Sebuah tragedi yang kusadari adalah sebuah takdir
Menyingkap janji yang memang sudah tertuliskan sebelumnya
Untuk berkenan kembali disuatu hari
Disebuah waktu yang tak biasa bahkan hanya sekali dirasa
Menjadikannya sebagai perumpamaan kecil tentang makna hidup sesungguhnya
Sebagai perumpamaan sederhana tentang perjalanan baru yang akan ditempuh
Sebagai perumpamaan baru tentang kelanjutan jiwa itu sendiri

Dalamlah ia merasuk
Begitu terik ia di dasar segenap terowongan jiwa
Kala raga ikut menjadi saksi
Ketika salah satu insan terbaik di mata harus didekap dalam hangatnya pelataran akhir singgasana
Seorang yang pernah berjuang
Seorang yang selalu mencoba untuk ada

Yaaa..... nelangsa yang lahir dari sebuah penggalan kenangan
Yang masih kucoba untuk menikmatinya
Sungguh bahkan pada detik terakhir kata ini terangkai
Masih kuingat jelas hela nafas terakhir dari sang Ayah tercinta