Rabu, 13 Agustus 2014

Aku Dimakamkan Hari Ini (Renungan)

Perlahan, tubuhku ditutup Tanah. Perlahan semua pergi meninggalkanku. Masih terdengar jelas langkah-langkah terakhir mereka.  Aku sendirian di tempat gelap yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.  Dingin dan sendiri, menunggu keputusan…

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi, Anak, yang di tubuhnya juga ada darahku mengalir, tak juga tinggal. Apalagi sekedar tangan kanan, kawan dekat, rekan bisnis, atau orang-orang lain. Aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka…..

Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian !!! Anakku menangis, tak kalah sedih. Dan demikian aku juga, Tangan kananku menghibur mereka, kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan. Tetapi aku tetap sendiri disini, menunggu perhitungan …

Menyesal sudah tak mungkin. Tobat tak lagi dianggap. Dan maaf pun tak bakal didengar. Aku benar-benar harus sendiri. Karena ku tahu.... sejak aku lahir aku tahu. Aku nanti pasti mati !!!

Ya Tuhanku, (entah dari mana kekuatan itu datang, setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya), jika kau beri aku satu lagi kesempatan, jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu, beberapa hari saja… atau beberapa menit saja !!!

Aku harus berkeliling memohon maaf pada mereka. Yang selama ini telah merasakan zalimku. Yang selama ini sengsara karena aku, yang tertindas dalam kuasaku. Yang selama ini telah aku sakiti hatinya, yang selama ini telah aku bohongi….

Aku harus kembalikan semua harta kotor ini. Yang kukumpulkan dengan wajah gembira. Yang kukuras dari sumber yang tak jelas, yang kumakan, bahkan yang kutelan. Aku harus tuntaskan janji-janji palsu yg sering ku umbar dulu…..

Ya …. Tuhanku, beri lagi aku beberapa hari milik-Mu, untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta !!!

Teringat kata-kata kasar dan keras yg menyakitkan hati mereka. Maafkan aku, ayah dan ibu. Mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangMu !

Beri juga aku waktu, untuk berkumpul dengan istri dan anakku. Untuk sungguh - sungguh beramal soleh. Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu. Bersama-sama  dengan mereka …

Begitu sesal diri ini.... karena hari hari telah berlalu tanpa makna penuh kesia-siaan belaka. Kesenangan yg pernah kuraih dulu, kini tak ada artinya. Selalu ku sia - siakan saja, waktu hidup yang hanya sekali itu. Andai ku bisa memutar ulang waktu itu …

Aku dimakamkan hari ini, dan semua menjadi tak termaafkan. Dan semua menjadi terlambat. Dan aku harus sendiri untuk waktu yang tak terbayangkan …

Astaghfirullah hal adzim…. Irhamnaa Ya arhamarrohimmin ! Ya ghofar, Ya Aziz, Ya Rohman, Ya Rohiim, Ya Robbal alamiin.

“[36:54] Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yg telah kamu kerjakan !”

Mudah-mudahan bisa menjadi Renungan buat kita semua…. agar kita lebih bijaksana dalam mengarungi bahtera kehidupan yg hanya sebentar saja…..

Jumat, 08 Agustus 2014

Detak Cinta Dari Surga

Aku tidak mencintainya. Namun karena ia terlalu baik dan sudah banyak menolong aku dan keluargaku, aku mencoba membuka hati untuknya. Aku jalani cinta ini dengan Evha walau sedikitpun aku tidak mencintainya. Setiap hari Evha selalu memperhatikanku, namun tetap saja aku tidak mencintainya.
Hari ini Evha datang ke rumahku menjenguk ibuku yang sedang sakit. Entah mengapa aku tidak senang dengan kehadiran Evha. Tampak aku lihat Ibuku penuh senyum kegembiraan menyambutnya. Yaaa... Evha memang bisa sekali mengambil hati keluargaku, karna itu aku tidak bisa menolak keluargaku yang menginginkan perjodohan ini. Aku mengabaikan Evha, aku acuh terhadapnya, dan akupun menduakannya dengan Lisa gadis yang kucintai.

 
Pada saat itu Evha menelponku.

"Mas, aku boleh minta tolong gak?" Evha agak gugup.

"Minta tolong apa?" jawabku dengan cetus.

"Emm ini mas, motorku mogok berhubung hari sudah malam dan bengkel sudah tutup. Mas bisa tidak jemput aku ?" lanjut Evha dengan suara sedikit canggung.

"Oh mas tidak bisa Evha, motor mas juga lagi di pinjam tetangga, kamu naik taksi saja yaa"

"Iya mas", jawab Evha dengan suara kecewa.


                                *****

Keesokan harinya akupun terbangun dengan mendengar suara tangisan ibuku.

"Duuhh ndo.... ndo malang sekali nasibmu nak", kata ibu dengan sedih.
Akupun heran dan bertanya pada ibu.
"Ada apa Bu, kenapa menangis?" tanyaku.

"Evha di rampok tadi malam nak...", jawab ibu dengan terisak-isak.

"Tapi, keadaan Evha gimana bu?", aku sedikit penasaran.

"Sekarang dia di rumah sakit, cepat kamu jenguk dia".

 

Aku pun merasa sedikit bersalah, namun kejadian ini juga tidak menumbuhkan cintaku pada Evha. Akupun pergi mengambil motorku, tapi tidak untuk menjenguk Evha di rumah sakit melainkan pergi ke rumah Lisa. Entah kenapa di jalan pikiranku begitu kosong, namun aku sangat ingin sekali mendatangi Lisa. Aku kendarai motorku dengan begitu kencang, dan tiba-tiba ada sebuah mobil dari seberang jalan yang mendadak berbelok kearahku. Aku pun merespon dengan membanting stang motor kekanan. Akupun terjatuh dan tak sadarkan diri.
 
Aku terbangun, aku sudah berada di rumah sakit. Entah sudah berapa lama aku di rumah sakit. Yang pasti di sekelilingku sudah banyak sanak keluargaku. Mereka melihatku dengan senyum haru, namun aku tidak melihat Lisa.

"Lisa, dimana Lisa?" bisikku dalam hati.
Setelah benar-benar sembuh akupun dibawa pulang oleh keluargaku. Beberapa hari kemudian aku menelpon Lisa namun tidak di angkat, bahkan sms ku pun tidak dibalas. Terakhir kudengar kabarnya dari temanku dia sudah punya lelaki lain. Aku pun menjadi sangat benci terhadap Lisa. Selama aku sakit mungkin dia tidak pernah menjengukku sama sekali. Sia-sia aku berkorban untuk dia selama ini, fikirku dalam hati.

Tiba-tiba aku teringat dengan Evha. Akupun coba mencari tahu pada Ibu.

"Bu, gimana kabar Evha? Kok gak pernah kelihatan?"

Ibu tidak menjawab, dia masuk kamar lalu memberikan sebuah kertas dengan tulisan yang sulit dibaca seperti anak kecil yang baru belajar menulis. Aku pun membaca tulisan itu dengan seksama.
 

" Mas Raihan... aku minta maaf kalo aku ini banyak salah sama mas, aku belum sempurna di mata mas Raihan. Namun semua akan kulakukan agar mas Raihan bisa mencintai aku. Aku mencintai mas Raihan karna Allah, juga Karena tidak mau mengecewakan orang tua kita yang telah menjodohkan kita. Aku selalu mendoakan mas Raihan agar lekas sembuh "

Evha 
 

Aku pun menangis membacanya, hasrat ingin bertemu Evha pun tidak terbendung lagi.
"Ibu..... Evha sekarang dimana bu? Aku ingin sekali bertemu dia!!! Tanyaku dengan penuh gelisah.

"Evha telah meninggal nak, karena kejadian perampokan itu dia harus dioperasi dengan resiko yang tinggi. Namun meski sudah menjalani beberapa operasi, semuanya akhirnya gagal.

Ia menyempatkan menulis surat wasiat dan menandatangani persetujuan untuk mendonorkan jantungnya kepadamu akibat kecelakaan yang juga kamu alami. Karena Evha tahu hidupnya tidak akan lama lagi, jadi dia lakukan itu semua untuk kamu, lelaki yang sangat dicintainya. Dan pada saat yang bersamaan, kecelakaan yang kau alami kemarin sudah merusak fungsi jantungmu dan memang harus melakukan transplatasi jantung sesegera mungkin", jawab ibu dengan lirih.
Air matakupun tidak terbendung lagi, aku menangis sejadi-jadinya. Tak kusangka wanita yang tidak aku cintai, wanita yang sering aku lukai hatinya, begitu rela mengorbankan semuanya demi aku dan keluargaku. Sedangkan Lisa gadis yang kucintai tak sedikitpun memperhatikan aku apalgi berkorban untukku . Aku sungguh sangat menyesal.

Ohhh... andai saja aku mau menjemput dia malam itu, mungkin aku masih bisa bertemu dengan Evha.
Rasa penyesalan ini tumbuh dengan cepat dan menusuk hati terdalamku.

 
"Evha ijinkan aku bertemu padamu sekali lagi, aku ingin meminta maaf dan menjalin kisah cinta yang halal bersamamu. Evha, terima kasih untuk semua. Detak jantung ini adalah bukti cinta dari surga yang kamu berikan."