Rabu, 20 Maret 2013

Aku Akan Kembali

Namaku Puspita, aku sekolah di SMA Rafflesia. Aku duduk di kelas 1 sma. Aku termasuk siswa yang pandai, dan juga mudah bergaul. Aku mempunyai seorang sahabat dia bernama Tian. Tian adalah sosok sahabat yang baik, perhatian, dan selalu mengerti keadaanku, dilain waktu saat aku bersedih, dia yang selalu menghiburku. Suatu ketika dia memendam perasaan yang sama dan aku juga merasakannya.

“Puspita...” panggil seseorang itu dari arah belakang. Dan itu sahabatku Tian.
“Iya Yan...? ada apa?’’ tanyaku.
“pulang sekolah , ikut aku ya.. aku mau ngajak kamu ke suatu tempat.”
“oke baik.” dengan spontan dan tanpa keraguan aku menjawabnya.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Tian langsung menghampiriku dia sudah berdiri tepat di ambang pintu kelasku. Dia memanggilku sambil tersenyum.
“Puspita... ayok kita berangkat.”
 Tian tiba-tiba mengandeng tanganku , menuruni anak tangga, Dan segera menuju ke area parkir. Kelas kami berada di lantai 3 . Aku dan dia berbeda kelas . Sejak smp kita selalu bareng. Dan sampai SMA ini. Setelah kami tiba di area parkir, putra mengeluarkan motornya yang terparkir dekat pos satpam.
“ayok naik.” Tian mempersilahkan aku untuk naik ke motornya, dan kini kami berangkat meninggalkan area parkir. Juga sekolah.
“kita mau kemana?’’ tanyaku kepadanya.
“ke suatu tempat. Dan kamu pasti suka.” Setelah beberapa menit di perjalanan , kami pun sampai di tempat tujuan. Ternyata Tian mengajakku ke sebuah taman bermain. Di taman tersebut, terpampang air mancur yang begitu indah, banyak sekali bunga-bunga yang berwarna warni. Kami berdua duduk di kursi dekat taman.

“Puspita… “ panggil Tian kepadaku, sorotan mata tajam nya yang takkan pernah ku lupakan sejak dulu . deg…. Jantungku berdebar-debar. Aku tak mengerti tentang perasaan ku padanya, sudah 5 tahun kami bersama.. saling melengkapi satu sama lain. Tapi, tak pernah aku mengerti hubunganku dengannya.. yang aku tau, aku dan dia bersahabat.

“Tian, kok nangis?’’ tanyaku padanya. Tian meneteskan air matanya perlahan demi perlahan . Ku hapus air matanya yang membasahi kedua pipinya..
“aku gak nangis, aku Cuma bahagia aja punya sahabat kaya kamu.” Di usap rambutku dengan kelembutan tangannya. Tian memang sahabatku , dan juga kakak bagiku. karena itu aku tak mau kehilangannya.

“Puspita... suatu saat nanti, aku gak bisa terus berada di sisi kamu, kamu harus bisa nantinya tanpa aku. Aku gak mau terus-terusan jadi benalu yang selalu ada di hidupmu. Kamu harus bisa jalani hidup , dan mungkin tanpa aku. Ingat janji kita dulu, Kalo kita akan selalu bersama.”

“Tian kok ngomongnya gitu? tanpa kamu hidup, aku ga mungkin seceria ini. Karna kamu, hidup aku bahagia dan lebih berwarna. Kalaupun nantinya Tian ninggalin aku, aku akan cari Tian sampai kapanpun dan bakal nungguin Tian sampai Tian kembali. Entah beberapa lamanya”
“tapi, inget. Kalo Tian gak ada di samping kamu lagi. Kamu janji harus selalu tersenyum.”
“Iya, Puspita janji… dan seorang Puspita akan selalu tersenyum untuk Tian.”

Hari sudah semakin berlarut. Meninggalkan semua kisah yang ada. Taman tersebut menjadi ikatan janji mereka.

***
Keesokan harinya di sekolah, tepat pukul 06:15 menit.

“Puspita, ini ada surat untuk kamu.”dihampirinya jelita , Di kasihnya sepucuk surat itu untuknya yang terpampang besar siapa nama pengirim surat itu. yaitu “Tian” .

Deg…… hati Puspita tiba-tiba gelisah tak menentu. Tak mengerti apa yang sedang iya rasakan saat ini. Di bukanya isi surat itu perlahan.

“Puspita… ini aku Tian, maafin aku ya kemarin aku gak sempet berfikiran untuk ngomong ke kamu. Karna semua itu terlalu berat untukku. Aku gak sanggup ninggalin kamu disini. Mungkin, saat kamu baca surat ini aku sudah tiba di Kalimantan. Papaku dinas disana, dan terpaksa aku ikut dengannya. Maafin aku ya Puspita. Inget janji kita. Kamu harus tetap tersenyum. Suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi.“

Di akhirinya akhir surat itu. Puspita yang hanya bisa diam membisu dan pucat pasi di tempat duduknya. Perlahan iya menteskan air mata dan tidak percaya akan semuanya. Tak pernah iya mengerti akan semua perasaannya. Sedih, kecewa, semuanya yang iya alami saat ini. Tak sempat iya mengatakan tentang perasaannya yang sebenernya kepada Tian. Cinta… mungkin ini yang aku rasakan. Perasaan itu tak pernah ku sadari sebelumnya, setelah kepergianmu baru aku menyadari.. Cinta itu ada.

***
Setelah pulang sekolah, aku bergegas untuk pergi kerumah Tian. Tetapi hasilnya nihil, tak ada satupun orang yang menjawab sapaanku. Rumah itu kosong. Puspita tak tau harus mencari putra kemana lagi. Akhirnya , aku memutuskan untuk pergi ke Taman kemarin, terakhir kali aku bertemu dengannya, bersamanya…. Taman itu sepi.. tak seperti biasanya, tak banyak orang yang lewat area taman bermain itu. dihampirinya kursi taman tempat aku duduk bersama Tian waktu itu. Aku mengingat kembali perpisahan terakhirku dengannya. Aku meneteskan air mata.

***
Setelah 2 tahun aku menunggu, Tian tak juga ada kabar. Selama itu aku tak pernah seceria dulu. Hanya kesedihan yang tampak di wajahku. Sesering kali aku mengingat kenangan itu, itu membuatku sakit. Sekalipun aku mencoba melupakannya, itu akan semakin sakit. Beberapa sering aku memutar lagu pasto’aku pasti kembali’ liriknya yang benar-benar menyentuh hatiku.

Reff : aku hanya pergi tuk sementara..
bukan tuk meninggalkanmu selamanya..
aku pasti kan kembali, pada dirimu ..
tapi kau jangan nakal.. aku pasti kembali…..

selama 2 tahun, kenangan itu menghantui harii-hari ku . tang sanggup aku melupakannya. Kini aku benar-benar mencintainya. Cinta bukan lagi sekedar sahabat , tetapi perasaan yang lebih dari pada itu.

hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 17 , sekarang aku sudah duduk di bangku kelas 3 sma, sekalipun aku ingin pindah ke lain hati dan berpaling dari Tian, aku masih takut. Karena luka yang ada di hatiku masih ada. Setelah malam kian tiba, Tian tak juga mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Padahal hanya sapaannya, dan ucapannya yang begitu berarti untukku..
hari ini sweet seventeen ku. Dan mungkin itu semua tak ada artinya kalau putra tak ada di sampingku. Malam ini aku ingin sekali pergi ke taman itu. untuk menenangkan diri disana, mungkin hanya beberapa saat. Aku akhirnya memutuskann untuk pergi kesana dan meninnggalkan acara dan tamu undangan yang telah hadir di pesta ulang tahunku yang ke 17 itu. Aku pergi ke sana dengan di temani teman sekolahku dan setelah beberapa menit di perjalanan, aku tiba di taman itu. aku tak menyangka.. begitu indah suasana taman tersebut dengan lampu lampion-lampion yang khas terpampang disana. Dekorasi lampu-lampu kecil di setiap pohon yang mengelilingi menambah indah suasana taman itu. aku duduk di kursi putih taman itu. tiba-tiba beberapa saat aku memejamkan kedua mataku dan membukanya kembali aku melihat sesosok Tian di depan mataku. Dia tampak berbeda dari dahulu, aku tak percaya kini dia ada di depan mataku, atau mungkin ini hanya ilusiku.

“happy birthday Puspita... aku nepatin janjiku kan , kita pasti bertemu kembali. Dan aku telah kembali.”
“ini benar kamu?’’ tanyaku tak percaya.
“iya, ini aku. aku Tian.”
“kemana aja kamu, kamu gatau aku disini sedih mikirin kamu, kamu gak ada kabar dan hilang gitu aja.”
“maafin aku, aku Cuma gak mau ganggu konsentrasi belajar kamu.”

Tian menghampiriku dan memberiku sekotak bingkisan tanda ucapan ulang tahunku. Dan ternyata itu adalah sebuah kalung yang berukiran tulisan nama kita berdua. Gaun cantik yang aku kenakan malam itu saat ulang tahunku berwarna putih, dan juga putra, membawa bunga mawar merah kesukaaanku dan ia mengenakan jas kemeja putih.

“aku janji gak akan ninggalin kamu lagi. Aku gak bisa tanpamu. Aku mencintaimu, aku sayang kamu Puspita.” Kini dia menggutarakan isi hatinya, hanya itu kata yang aku tunggu selama ini dari mulutnya.

“akupun begitu. Ini adalah hari terindahku. Kamu kembali, untuk menjadi sahabatku, juga kekasih bagiku…..”

Jumat, 01 Maret 2013

Hanya Sebuah Permainan

Namanya Desta, dia teman sekelasku sejak kelas XI di SMAN 1 Balikpapan ini, dan akan terus menjadi teman sekelasku di kelas XII nanti, ada sedikit rasa sesak, penyesalan dan juga bahagia jika membayangkan hal itu, karena dimulai dari hari itu, rasa itu, dan akhirnya berujung pada kebencian ini.
Bagiku, awal masuk tahun ajaran baru di kelas XI SMA ini terasa biasa saja dan tak ada yang spesial, namun akhirnya aku mulai menyadari ketika dengan tak sengaja aku menjadi lebih sering satu kelompok dan ‘berbarengan’ dengan dia, dan mulai saat itu, rasa ini pun muncul, lalu tumbuh, bahkan semakin dalam sejak awal pertama aku merasakannya.
“Heh Shin, masa sih kita sekelompok lagi di pelajaran bio ini? Ah bete nih..” kata Desta kepadaku dengan nada bercanda.
“ah bete apa seneng kali tuh, secara kamu tinggal terima jadi kan? Untung aja kamu masih mau ikut diajak kumpulan kelompok, ya meskipun aku aku juga yang kerjain” balasku rada sedikit bĂȘte.
“Yah iye dah ampun, jangan bete gitu dong ah, jadi sekarang kerja kelompok di rumah kamu lagi kan?” katanya sambil menatapku.
DEEGGG, tiba-tiba saja terasa ada sedikit sengatan yang menjalar ke seluruh tubuhku ketika aku menatap matanya dengan aura serius itu.
“iya.. tapi anak anak yang lain kayaknya gak pada bii....”
“udah gak papa kita berdua aja! Aku pengen tugas itu cepet selesai” potongnya sambil masih tetap menatapku.
“gitu ya? Iya deh, berdua aja gak papa kok..”
Dan akhirnya saat pulang sekolah aku dan Desta kerja kelompok bersama di rumahku, meskipun agak sedikit canggung tapi akhirnya hari itu menjadi hari yang sangat sempurna dan menyenangkan untukku, karena tanpa sadar aku dan Desta telah lama menatap dan rasanya saling bercakap dari hati ke hati, lewat sebuah tatapan.

Satu minggu kemudian kita menjadi semakin dekat dan dia pun sering mengirimkan sms setiap malamnya, meskipun hanya untuk menanyakan sebuah tugas, tapi sms itu lah yang selalu aku tunggu setiap malamnya.
Seperti biasa ada satu sms masuk dengan tulisan ‘Desta?’ di layar handphoneku, aku agak sedikit terkejut ketika mambaca pesan singkatnya, yang sekaligus membuat hatiku melayang sekaligus jatuh disaat bersamaan.
‘Shinta, mau jadian gak sama aku?’
‘hahaha, kamu salah kirim tuh Des’
‘Yah? Aku serius! Mau jadian gak, Shin?’
DEG DEG DEG, tiba tiba aku merasakan ada di taman berbunga dan melihat banyak kupu kupu indah disana.. dan akhirnya aku membalas…..
‘ehmm, berani ngomong langsung gak kamu?’
‘berani! Mau ngomong dimana? kalau bisa di tempat sepi yah..’
sesaat mencul ide untuk menguji keseriusannya, dan aku pun mengirim..
‘di depan kelas? Haha’
‘hah depan kelas?! Boleh lah, apa sih yang nggak buat kamu….
Dan malam itu menjadi malam sempurna untukku, sampai aku tak bisa tertidur hanya untuk terus berpikir apa yang akan terjadi besok.
Dan besok pun hal itu benar-benar terjadi…
“Shinta, please, kamu mau kan jadi pacar aku?”
“ehm gimana ya Des, sebenarnya….”
“Shintaaa terima ajaaa, itu ketahuan dari mata kamu yang gak bisa tidur gara-gara kepikiran hari ini kan” salah satu teman ku pun berteriak dari belakang.
“jadi bener semalem kamu gak tidur?” tanya Desta selidik kepadaku
“hehee i ii i iya deh Desta, aku terima..”
Prokkk prokk prokkk cie ciee dan suit suitttan pun bersahut sahutan bahkan sampai ke luar ruang kelasku.

Seminggu setelahnya pun kita menjalani hari hari seperti biasa layaknya dua sejoli yang saling mencintai, Desta mengajakku untuk buka puasa bersama disaat bulan Ramadhan. Meskipun kita sudah sebulan ini menjalani hubungan tapi kita belum pernah sama sekali merasakan buka puasa bersama dan tentu ini akan menjadi hal yang paling kutunggu tunggu.
dan sehabis Ashar pun ada sms yang masuk ke handphoneku yang tentunya berasal dari Desta.
“Shin maaf, aku gak bisa terusin lagi kebohongan ini, aku udah berbohong sama kamu sebulan lebih dan setelah aku piker-pikir lagi lebih baik aku akhiri kebohongan aku sekarang. Maaf, lebih baik kita gak usah kenal lagi satu sama lain. Trims, bye…”
seketika pesan singkat itu bagai pisau belati yang langsung menusuk tenggorokanku dan tanpa sadar setetes air mata ini pun menetes begitu saja, hanya setetes…
“maksud kamu kebohongan apa? Jadi selama ini? Kamu Cuma mainin aku dengan segala kemanisan dan kebaikan yang kamu tutup-tutupin itu? Jadi buka puasanya…? Ahh” balasku
“iya aku bohong, aku cuman mau buktiin ke temen aku kalau aku bisa dapetin kamu, tapi aku gak sungguh-sungguh cinta sama kamu. Maaf, aku tau kamu pasti sakit hati banget akan hal ini, tapi ini lah aku dengan segala kekuranganku, kamu terlalu baik buat orang kayak aku. Lebih baik kita kembali ke awal aja seolah gak ada hal apapun yang terjadi antara kita. Note: untuk buka puasa lebih baik kamu buka sendiri, tanpa aku.”

aaahhh hari itu aku merasa bagai seluruh awan terus menumpahkan airnya ke bumi, dan untukku itu seperti air mata kesedihanku… aku pun langsung mendelete kontak dan segala apapun tentangnya dari handphoneku. Bodohnya, aku terus berjalan maju ke luar dengan diiringi derasnya hujan saat itu, sendirian.
Masih teringat jelas saat ku terluntang-lantung di jalanan tak jelas arah bahkan sampai tersesat karena rasa yang begiku sakitnya menjatuhkan ku ke dalam bumi. Membuatku bahkan lebih dari patah dan takkan pernah bisa menghapuskan kekecewaan ini begitu saja.

Saat itu, diiringi dengan derap langkah dan rintihan hujan di sore itu, akhirnya aku memutuskan untuk kembali pada diriku sebelumku mengenal seorang Desta, dan akan terus seperti itu meskipun rasa sakit hati ataupun kebencian yang pernah kurasakan telah tiada.