Rabu, 11 Desember 2013

Mimpi Indah Sebelum Mati

RAMADHANI, sekalipun sedang sekarat, aku masih ingat dengan ucapanku pada suatu kali. Di satuan waktu yang lain, berkali-kali kukatakan kelak aku akan lebih dulu pergi darimu. "Mati muda," kataku datar. Dan kau selalu saja mengunci mulutku dengan cara mencium bibirku. Memutus kata-kataku yang menurutmu tidak pantas. Hanya saja pada satu waktu, sebelum akhirnya kita harus berpisah untuk meluncur dihembuskan ke perut bumi, kau sempat menampar pipi kiriku ketika lagi-lagi aku mengulang kalimat tentang kematian itu. Tidak ada lagi ciuman seperti biasanya. Aku berpikir mungkin kau sudah tak bisa bersabar menghadapiku. Atau kau terlalu takut? Padahal aku sudah begitu sering bicara tentang daun yang bertuliskan namaku di ranting pohon itu. Bahwa dia, kataku, sedang menguning dan beranjak kering untuk kemudian bersegera gugur. Usianya sangat pendek, tidak akan sampai menyaingi usia kita di sana. 

Tetapi kemudian kita bertemu lagi di tempat yang kita sebut kehidupan. Hanya saja situasi yang ada sangat berbeda. Kita masih seusia, tetapi tidak bisa dikatakan sebagai seorang yang dewasa. Bicara saja kita masih tidak tertata rapi. Ke sana kemari, khas bahasa anak-anak. Semua sangat berbeda dengan apa yang pernah kita lalui bersama di satuan waktu yang lampau. Sebelum kita berdua tertiupkan ke alam ini. 

NAFASKU terpatah-patah. Aku merasa sangat lelah. Seperti seorang perempuan renta yang sedang menunggu masa tutup usia. Berjalan hanya dalam khayal yang sesungguhnya kedua kaki tak pernah melangkah kemana pun. Tapi aku memang belum tua. Meski juga tak bisa berlari-lari. Aku hanya terus berbaring dan berbaring. Sejak kepergian ayahku ke surga. Mataku masih menampung sekian banyak buliran bening yang belum mendapat giliran untuk tumpah. Aku terlanjur tertidur. Dan kini, aku bermimpi. 

Ayahku berdiri dalam nuansa yang begitu lembut namun terkesan asing bagiku. Aku mencoba memanggilnya, tetapi suaraku tersumbat di tenggorokanku yang kering. Sudah lama sekali aku tidak minum air lewat mulutku. Hanya selang infus itu yang terus menembus tangan kananku selama ini. Ayahku begitu sunyi, seolah tak melihat kehadiranku di sini. Barangkali debur rindu di dadaku yang membuncah tak cukup keras untuk menjadi tanda keinginanku bertemu dengannya?

Aku melihat lagi gambaran ketika ayahku meninggalkanku dan ibuku. "Ayah harus ke luar negeri," kata ibuku padaku suatu malam. 

"Untuk apa?" tanyaku. 
"Untuk bekerja," sahut ayahku. "Ayah janji tidak akan pergi lama. Kau bisa menandai hari dengan terus mencoreti setiap penanggalan di kalender meja kerja ayah. Setiap hari. Dan tanpa kau sadari, ayah sudah akan kembali di sini." 

Aku memasang wajah tak percaya, "Ayah janji?"
Ayahku mengangguk mantap. Ibuku tersenyum melihat tingkahku. Dan aku mengantarkannya ke bandara dengan berat hati. 

Selanjutnya, aku disibukkan dengan mencoreti kalender milik ayahku. Tetapi ayahku pergi begitu lama. Sampai aku kelelahan menunggu dan mulai malas mencoreti kalender seperti yang pernah diminta ayah. Aku mulai menangis dan marah pada ibuku, juga semua orang. Tubuhku melemah karena aku selalu menolak makanan bahkan minuman. Aku enggan bicara, termasuk pada teman sepermainanku, Ramadhani. Sampai suatu hari ibuku mengatakan kalau ayahku tidak akan pulang lagi. "Ayah sudah terbang ke surga," katanya. 

Sejak itu aku sangat membenci angka-angka. Aku benci penanggalan dan tidak mau melihat kalender terpajang di rumah. Aku benci menghitung sesuatu. Aku juga mulai suka melukai diriku sendiri. Hingga akhirnya aku jatuh sakit dan harus terbaring di rumah sakit yang bagiku baunya sangat tidak enak. 

Bayangan ayahku dan nuansa lembut itu perlahan-lahan memudar. Aku mencari-cari dan menajamkan pandanganku, tetapi percuma. Di hadapanku, suasana berganti menjadi demikian putih dan rapat oleh kabut tebal yang mengeluarkan hawa dingin. Satu sosok laki-laki dewasa tampak berjalan menembus kabut menuju padaku. Tubuhnya jauh lebih tinggi dariku. Dia tersenyum dan menggandeng tanganku. Kulit tangannya terasa begitu halus di telapakku. 

Sambil mengajakku untuk duduk, laki-laki itu bercerita tentang langit dan menyebut-nyebut surga. Aku teringat pada ayahku dan bertanya kepada laki-laki di sebelahku, "Apa ayahku ada di sana?"

"Benar," jawabnya. 
"Di mana?"
"Di langit ke tujuh."
"Apa kita bisa ke sana?" tanyaku tak sabar. 
"Kelak kita akan ke sana. Tapi, ada syaratnya."
"Apa syaratnya?" sahutku semangat. 
"Kau terlebih dulu harus bisa menghitung jumlah langit itu. Kalau tidak, kau tidak akan bisa sampai ke tempat ayahmu. Karena kau akan tersesat."

"Kalau begitu lupakan! Aku tidak mau menghitung. Aku benci angka-angka!" aku berteriak. 
"Di langit, kau juga bisa menghitung bintang-bintang." 
"Aku tidak mau menghitung langit atau apa pun."
"Percayalah, kau akan menyukainya."
"Untuk apa aku menghitung bintang-bintang?"
"Mungkin di sana ayahmu juga sedang menghitung bintang-bintang."
"Benarkah?" 

Laki-laki itu mengangguk. Aku memeluknya tanpa ragu-ragu. Suasana begitu hening mengurung kami berdua. Aku menyandarkan kepalaku ke dada laki-laki itu. Tidak ada suara apa pun di tempat ini, kecuali detak jantungku sendiri. Degup yang sudah cukup lama ini terasa sangat lemah. Aku menikmati detak jantungku yang menjelma nada indah tersendiri bagiku. 

"Apa kita bisa menghitung suara ini?" kataku menunjuk bunyi jantungku. 
"Ya, tentu. Hitunglah. Akan sangat menyenangkan kalau kita menghitung sesuatu yang kita sukai."
"Apa suara ini akan selalu berbunyi selamanya?"
"Tidak. Dia akan berhenti, kalau kau sudah mati."
"Mati? Pergi ke surga, seperti ayahku? Begitukah?"
"Ya."
"Kalau aku mati, apa aku bisa bertemu ayahku?"
"Tentu saja."
"Aku ingin sekali suara ini berhenti berbunyi," kataku pelan.
"Ibumu akan bersedih jika kau meninggalkannya," jawab laki-laki itu. 

"Jangan beritahu ibuku kalau aku mati. Berjanjilah untuk diam. Seperti yang dilakukan ibu padaku dulu, ketika ayah meninggalkan kami." 
"Bagaimana dengan temanmu, Ramadhani?" 

Aku terhenyak. Ramadhani? Ah, aku melupakannya. Apa aku tega meninggalkannya begitu saja? Tapi…bukankah aku sudah mengatakan hal ini kepadanya dulu, di satuan waktu yang lain? Tentu dia akan mengerti.
Aku baru saja akan mengatakan pada laki-laki itu bahwa Ramadhani akan baik-baik saja jika harus kutinggalkan, tetapi dia telah lenyap dari pandanganku. Aku tidak lagi berada dalam pelukannya. Suasana yang putih berkabut kini berganti dengan taman yang sangat indah dan penuh bunga. Aroma wangi dari kelopak-kelopak yang bermekaran memenuhi tempat yang belum pernah sekalipun kutemui ini. 
Saat itu, di kejauhan, aku kembali melihat sosok ayahku berdiri sendiri. Kali ini dia menatap ke arahku dan tersenyum. Aku membalas senyumannya dengan berjalan menujunya. Tetapi pandanganku mendadak mengabur. Aku berjalan terus sampai semuanya semakin tak terlihat olehku. Aku menghentikan langkahku dengan rasa kecewa. 
Aku teringat pada teman kecilku. Ramadhani, kalau setelah ini aku harus pergi, maka semua yang kulihat barusan akan menjadi satu mimpi terindah sebelum matiku. Kataku dalam hati.

AKU lihat kau duduk di samping pembaringanku. Matamu teduh tetapi berkaca-kaca. Ruangan rumah sakit ini lebih tampak seperti kamar mayat. Dingin, sepi, dan jiwa-jiwa yang beku. Aku masih tertidur. Sesekali berteriak menyapamu, tetapi kau tak mendengarku. Mimpi yang kulihat masih tersisa dengan kaburnya. Kau takkan percaya, Ramadhani, aku bertemu ayahku dalam mimpiku. 

Aku teringat dunia yang lain. Waktu kau, Ramadhani, menciumi bibirku ketika aku bicara tentang mati. Tapi kini kau tampak sedikit berbeda. Wajahmu terlihat sangat ketakutan seolah sedang menonton opera kematian. Dan, ah, Ramadhani, lihat! Ayahku datang lagi. Mimpiku jelas kembali. Dengan cepat aku menenggelamkan diri di gambaran mimpiku.

Di belakangku, ayahku merentangkan tangannya untukku. Dadaku penuh rasa rindu yang tak tertawar lagi. Dan…di arah yang berlawanan, "Hei, itu kau, Ramadhani. Kau juga di sini?" tanyaku. Tapi kau diam. Kaku. Tak lama kemudian kau memanggil namaku dengan sangat pelan. Nyaris tak terdengar olehku. Sebenarnya kau mau aku datang padamu atau tidak?

Aku tak bisa memilih. Antara ayahku dan kau, dalam mimpiku. Napasku sudah total terengah-engah. Ini melelahkan, Ramadhani. Tetapi juga menyenangkan. Pengalaman unik yang tak bisa sembarangan diceritakan. Aku yakin sekali ini jauh lebih menarik daripada menghitung langit atau bintang. 

Kemudian semua terpastikan. Seseorang di atas kepalaku, menarik sesuatu dari tubuhku. Ada yang terlepas dengan begitu lekas. Sangat cepat, tetapi sempat membuatku tercekat. 

Aku lupa semua mimpiku. Tiba-tiba ayahku sudah memelukku dengan eratnya. Sementara kau menangis di pelukan ibuku, di ujung pembaringanku. Dokter mencabut selang infusku. Aku berteriak untukmu, "Aku akan merindukan ciumanmu, Ramadhani." Tapi lagi-lagi kau tak dapat mendengarku, melainkan hanya terus menangis. 

Senin, 02 Desember 2013

Just Funny

Tragedi Kentut

Suatu hari di negeri antah barantah, sepasang sejoli tengah memadu kasih didepan teras rumah sang wanitanya.
Cowok : Sayang.... kamu kentut yaa?
Cewek : Iyaa sayang, aku udah tak kuasa lagi menahannya.
Cowok : Aroma kentut kamu itu kaya parfum import luar negeri gitu sayang.
Cewek : Aaaahh masa sih?? Harum gituu ya??
Cowok : BUUUKAAAANNN, AROOMANYAA TAHAN LAMAA.....!!!! (teriak sambil lari nyari oksigen)
Cewek : hehheee


Minggu, 01 Desember 2013

Rabu, 13 November 2013

TIPS HUBUNGAN JARAK JAUH

Buat abank, ade, kaka, encink, acil, julak, om, tante, paman yang lagi pada ngejalanin hubungan jarak jauh... ada beberapa tips neh yang mungkin bisa bermanfaat. Cara-cara ini dulu pernah aku pakai sendiri sih dan teruji ampuh 95% (Insya Allah).

1. Komunikasi
    Hal yang wajar sih, ngga jauh aja tetap njaga komunikasi apalagi kalau jauh. Tapi komunikasinya harus berbeda daripada yang jarak dekat. Ngga sekedar sms atau telpon. Tapi lebih diseringin komunikasi via jejaring sosial atau yang bersifat luas. Yang membedakan adalah kalau sms / telpon, itu hanya akan dibaca oleh kalian yang berkomunikasi aja. Sedangkan kalo lewat jejaring sosial seperti facebook ataupun twitter, itu akan dibaca oleh banyak orang. Hal tersebut menurut aku bisa mengurangi fikiran-fikiran negatif orang tentang LDR (long Distance Relationship) kalian. Karena bukan tidak mungkin orang-orang disekitar kita bakal menghasut kita untuk tidak melanjutkan LDR tersebut.

2. Perbanyak Update Status
    Yang aku maksud bukan status jomblo, menikah, ataupun cerai yaa..... tapi status-status di FB, Twitter, Line, BBM, Instagram, atau apa ajalah. Yang mana statnya itu lebih condong ke do'i.
contohnya neh : " Miss yang jauh disana :("
                           " Kangen kamu "
                           " Jangan nakal ya disana !!"
Meskipun maksud kalian ga harus seperti itu sih, kan bisa aja "Yang jauh disana" itu buat orang lain juga. Hahahahahaaaa.....
Tapi emank bener, cara gituan lumayan berhasil buat ngeyakinin si do'i kalo kita disini ga akan macam-macam.

3. Laporan
    Cenderung orang LDR itu bisa berubah sikap dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Dari yang cuek bisa jadi oper protektif. Kebanyakan dari  mereka bakal jadi wartawan dadakan, banyak nanyanya.
"Lagi dimana sayank" , "Sama siapa sayank" , "Semalam berbuat apa sayank?"
 Nahhh untuk mengurangi rasa waswas si do'i yang jauh disana... sebelum ditanya kita kudu laporan duluan.
"Aku mau pergi kerja dulu yaa sayank" , "Aku mau kuliah dulu ya sayank" , "Aku mau nongkrong sama si budi, amat, jupri, dll dulu ya sayank" , "Aku mau makan dulu sayank" , "Aku mau cuci baju dulu sayank" , "Aku mau nggoreng telor dulu sayank" , pokoknya setiap mau kemana n ngapain mesti laporan deh.

4. Rajin Gombal
     Gombalin aja si do'i setiap hari, yaaa minimal 3x sehari sesudah makan. Gombalnya mesti yang tajam, ga sekedar gombal-gombalan anak SMA doank...
ne contohnya : "Sayank... semenjak kamu pergi aku jadi susah bernafas deh..."
                         " Loh kenapa gitu sayank?"
                         " Iyaa, aku ga biasa bernafas tanpamu sayank..."
                           (bisa dipake gombalannye kalo si do'i kamu badannya mirip tabung oksigen, hehe)
contoh lagi ne :  "Sayank..... sebenarnya aku itu ngga pernah mau bangun dari tidur aku"
                           "Loh kenapa sayank?"
                           "Iyaaa percuma aku bangun sayank, aku juga ga bisa liat kamu.
                            Mending aku tidur aja, siapa tau bisa ketemu kamu dalam mimpi"
                           (gombalan ini bisa dikombinasikan sebagai alasan kalo kamu susah dibangunin)

5. Jaga Jarak
    Sebisa mungkin untuk menghindari berbagai macam wanita disekeliling kamu, terkecuali ibu kamu. Karena itu bisa mengkontraksi otak si do'i untuk berfikir macam-macam. Belum lagi kalo si Do'i masang CCTV hidup dimana-mana. Bisa ketahuan banget gerak-gerik kamu.

Mungkin itu aja yang bisa aku share, semoga bermanfaat ya guys....

Sabtu, 12 Oktober 2013

BILA TIBA #Puisi

Sebuah pengharapan terlahir dari sebuah pertemuan
Seakan takdir mulai menampakkan wujudnya
Menantikan detik yang berlalu lambat didalam kesendirian
Memetik kasih yang mungkin akan segera diberikan Tuhan
Namun takdir belum memutuskan
Seonggok keanggunan yang ditawarkan ternyata hanyalah sebuah belati
Menciptakan luka kecil dan menghadirkan perih yang mendalam
Dan menjadikan sebuah harapan menjadi asa yang tak bermakna
Kuyakinkan dalam hati...
Bersama doa kusematkan namanya
Bila tiba saat Tuhan menghempaskan maksudnya
Tak akan pernah kulepas genggam tangannya
Bukan maksud aku berjanji
Bukan maksud aku bersumpah
Namun adalah sebuah rasa mengerti
Betapa sakit ketika aku menantinya
Betapa duka ketika aku tak bersamanya

12 Oktober 2013
Andin Destian

Sabtu, 24 Agustus 2013

SURGA DIKAKIMU #Puisi

280 hari bukanlah waktu yang singkat
Beban yang kuberikan seakan begitu mudah kau jalani
Kekuatan hati dan kasih sayang menjadi penopang
Atas semua kesakitan dan keluh kesah selama mengandungku
Didasari keikhlasan kau menjagaku
Dilandasi kelembutan kau merawatku di rahimmu
Menjadikanku seonggok daging yang siap melawan dunia
Memberikanku pembekalan dari semua sifat mulia yang kau miliki
Dan melahirkanku sebagai insan suci belum ternoda
Apa yang kau beri tidaklah sebanding dengan apa yang kubalas nanti
Segala usaha, jerih payah, beban, dan doa....
Tak ada setitik pun yang mampu melunasi setiap jeritanmu saat melahirkanku
Tak ada yang mampu mengganti setiap tetesan air susumu
Tak akan ada yang berhasil menggantikan airmatamu
Dan tak ada yang akan sanggup membayar senyum cantikmu
Sebelum aku bisa menuju surga di kakimu

23 Agustus 2013
From your son, Happy B'thday Mother...

Jumat, 16 Agustus 2013

Matematika Cinta

“bagaimana anak-anak untuk tugasnya kemarin, apa ada yang sudah selesai?”

Suasana kelas sunyi layaknya di kuburan yang ada hanya malaikat yang mencatat pelajaran eh salah maksudnya mencatat amal baik dan amal buruk, tapi beneran loh sepi banget rasanya ini kelas soalnya setauku ngak ada tu yang selesai tugas dari ms.killer kali ini. Jadi, kalian tau donk rasanya kalau di tatap oleh seseorang dan keringat dingin membanjiri tubuh, tapi yang natap bukan pacar ya! kalau doi yang lihatin gue setahun juga ngak apa-apa deh. Sumpah gue paling ngak tahan di buat malu nah ms.killier ini kalau seandainya jikalau andaikata apabila gue ngak bisa ngerjain itu tugas mau di taroh dimana muka gue yang udah kayak bidadari ini.

Klop banget nih tamingnya, udah semalam gue begadang karena nyoba jawab ini soal yang pada akhirnya masih ngak bisa gue jawab di tambah ini kelas sepi banget sukses bikin gue tidur.

“tok tok tok.” Suara pintu kelas di ketuk *ya iyalah ya pintu kelas masak iya atap kelas*

“assalamualaikum, permisi buk saya murid pindahan ini surat penganyar dari bapak kepsek.”

“oh baiklah, kamu langsung duduk di sebelah puspa perkenalanya nanti saja saya tidak mau jam pelajaran habis untuk hal yang tidak penting.”

“baik bu!”

“tapi sebelumnya kamu pinjam buku di puspa dan kerjakan semua soal itu, ibu ingin buktin kemampuanmu”

What ini guru emang killer banget orang baru pindah sekolah kayak gitu langsung di suruh ngerjain soal tapi untung deh setidaknya gue lepas dari masalah.

“hey permisi saya di suruh ms. Killer pinjem buku matematika kamu.”

“ehm ya nih bukunya, tau darimana loh kalau dia itu ms. Killer?” kami bicara berbisik, soalnya kalau ketauan bisa gaswat.

“dari mukanya kelihatan kok tapi tenang aja loe selamat kok gue bisa ngerjaiinya.”

Cowok itu mengerlingkan sebelah matanya dan gue hanya bisa senyum ngak jelas tapi bodoh amat pokoknya thank you so much.

“ehm puspa, mau aku traktir ngak?”

“loh kamu tau nama aku?” pertanyaan terbodoh yang pernah gue tanyain, tadikan jelas-jelas dia tau dari ms. Killer

“ha?” cowok itu hanya tersenyum “kenapa kamu ngak Tanya nama aku aja. Kamukan belum tau namaku.”

“ha iya benar. Nama…”

“udah telat nanyanya. Langsung aku jawab aja nama aku somad.”

“he?”

“udah ngak usah sok kaget gitu, nama aku emang kampungan tapi baguslah buat melestarikan bahasa betawi, oh ya kalau masalah tampang aku yang indo ini kerena ibu aku orang betawi dan ayah orang aku itu orang betawi juga.”

“loh kok bisa?”

“tuhkan mulai deh ngak connectnya, orang aku udah ketawa dari tadi itu tandannya aku becanda.”

“ooo, hehehe.”

“telat lagi ketawanya. Ke kantin aja deh laper.”

Somad langsung menarik tanganku dan menyeretku ke kantin. Aku hanya bengong, somad langsung melepaskan tanganku saat dia sadar mengenggam tanganku.

“maaf gue ngak maksudnya aku ngak maksud. Ah kok jadi ribet gini kalimatnya.”

“udah ngak usah salting gitu donk mad. Aku tau kok kalau aku itu emang cantik tapi ngak usah segitunya kali.” Aku tersenyum penuh kemenangan akhirnya aku bisa membalas ejekkanya cowok berwajah indo ini.

“hemm dasar.”

“yah kau benar nak, silahkan duduk.”

“makasih buk.”

Sudah beberapa minggu ini aku sukses menyelesaikan tugas matematika dan menjadi salah satu murid kesayangan ms.Killer ehtapi sekarang aku ngak pakai sebutan itu lagi soalnya kata somad kalau mau bisa matematika pertama kita harus berdamai dengan gurunya dan menyayangi pelajaran tersebut. Eh, tau ngak sejak pertama bertemu somad aku dan somad emang udah akrab ngak tau kenapa tapi sepertinya aku punya something dengan somad tapi entahlah, soalnyakan somad itu keren banget seandainya aja ngak ada yang ngefans sama somad tapikan itu tadi ngak mungkin somadkan cakep banget.

“puspa hari ini aku ngak bisa temenin kamu ke toko buku soalnya kau ada acara sama seseorang.”

“siapa?”

“mau tau aja. Ah, atau kamu cemburu ya?”

“kata siapa?”

“kata aku”

“buktinya?’

“itu muka kamu merah. Cielah ayo ngaku.”

“ngak kok beneran.”

“ayo ngaku.”

“beneran soamd, udah pergi sana entar telat lagi.”

“ya udah aku pulang duluan ya, jangan jelous ya.”

“ngak bakalan. Ngak bakalan ngak nangis lihat kamu jalan sama cewek lain.” Aku berkata lirih.

“apa? ngak kedengaran?”

“aku bilang, cepet pergi atau aku lempar pakai sepatu nih.”

Aku hanya mondar-mandir di toko buku, ngak tau kenapa kok bisa gini. Rencananya sih sampai di toko buku aku langsung beli buku terus pulang tapi kok sekarang jadi ngak jelas gini, parahnya lagi aku ingat somad itu cowok lagi apa ya sekarang? Ehm kok kayaknya aku dengar lagunya one time deh tapi kok di toko buku di puter lagu sih? Atau eh iya lupa itukan nada dering hp aku. Somad? Telpon aku? Katanya lagi ngedate?

“halo kenapa?”aku mengangkat telpon dengan suara yang sedikit ketus.

“aduh jangan sok ketus gitu donk suaranya. Masih jelous ya?”

“hallo, kenapa somad? Apa ada yang bisa saya Bantu?”

“bisakah anda menyuruh orang yang bernama puspa untuk membaca sms dari aku sekarang?”

Kapan somad kirim sms ya, kok ngak ada tandanya sih? Iya sih ada sms dari somad

“eh iya ada kok.”

“cepat ya jangan lama-lama.”

Telpon langsung di matikan. Sms teka-teki? Tantangan nih kayaknya, lumayan buat main-main daripada mondar-mandir ngak jelas di sini.

“perpustakan cinta?” aku bengong saat berhasil memecahkan teka-teki yang di berikan somad tadi, aku kira apaan gitu yang surprise ternyata hanya sebuah perpustakaan yah walaupun namanya perpustakaan cinta tapi tetap aja perpustakaan..

“selamat datang di perpustakaan cinta. Karena kamu pengunjung pertama aku punya hadiah.”

“buku matematika?” aku semakin benggong saat di beri hadiah buku ini sangat jauh dari yang aku harapkan.

“makanya jangan lihat hanya pada satu arah.”

“maksudnya?”

“mulai deh ngak connectnya, ya bukunya di baca.”

“sekarang?”

“oh ngak besok aja, ya sekarang baca yang keras.”

“beneran bacayang keras yah? Okey judul Buku Matematika Cin.. ta” aduh kenapa semua yang ada di sini judulnya cinta-cinta semua sih? “standard kompetensi 2011, kata pengantar buku ini di buat untuk memenuhi standard isi hatiku?” aku semakin bingung.

“kenapa ngak di lanjutin?”

“dan dengan segala ke ikhlasan hati maukah kau jadi pacarku?” nah loh apa tadi yang aku baca, ngak salahkan?

“tentu dengan senang hati my princess akhirnya kamu nembak aku juga.”

“ha? Apa tadi kamu bilang? Kapan aku nembak kamu?”

“yeee tulalit banget sih tadikan kamu baca buku.”

“he ngak adil pokoknya ngak adil.”

“ya udah aku yang nembak deh, kamu mau ngak …”

“aku mau kok whit my pleasure.”

“eh emang aku mau bilang apa tadi? Ke gr-an”

“ya udah, aku pulang deh udah sore nih.”

“eh tunggu okey aku serius, kamu mau ngak jadi my princess?”

“apa ngak kedengaran?”

“KAMU MAU NGAK JADI PACAR AKU?”

Kau tau rasanya di tembak seseorang? Seneng banget kata iklan di tv sih serasa melewatin atmosfer cinta dan menuju rasi bintang paling manis.

“iya somad aku mau…”

“mau apa puspa? He? Kamu tidur lagi ya? Keluar dari kelas SE KA RANG”

“ha? Apa buk? Kok saya di kelas buk? Somadnya mana buk?”

“somad-somad kamu keluar SEKARANG”

Yeee jadi tadi Cuma mimpi? Tapi kok mimpi aku panjang banget rasanya dan anehnya kayak nyata aja. Mimpi yang manis. Aku berjalan menuju pintu keluar dengan mata yang masih setengah terbuka teriakkan ms.killer tadi ternyata ngak cukup buat aku sadar 100% dan walhasil aku menabrak seseorang dan buku-buku yang dia bawa jatuh berserakkan.

“eh kalau jalan pakai mata donk.” Cowok itu memaki ku.

“eh iya maaf ngak sengaja,” aku mencoba membuka mata sepenuhnya dan melihat ke arah orang yang ku tabrak “somad?”

Minggu, 21 Juli 2013

DI PELUPUK SENJA #Puisi

Angin berhembus menyibakkan keraguan di benakku
Kurasakan kehidupan telah berubah
Satu persatu sosok bayangan putih menghilang dari pandangan
Tergantikan oleh kegelapan yang menyatu menutupi kesemua inderaku
Seperti halnya seekor burung kecil yang terpisah dari induknya
Tanpa arah dan tujuan kemana harus mengepakkan sayap
Bak itulah hati ini terbelenggu oleh kebingungan
Kehilangan arah, kehilangan akal, kehilangan semua yang menghiasi
Memejamkan mata menjadi sebuah kesempatan kecil
Mencoba untuk melawan dan menikmati kegelapan tadi
Membayangkan duduk dipangkuan sang alam
Menghadap langit jingga setengah biru yang membentang
Menundukkan kepala dan memohon doa kepada sang pencipta
Agar kelak ada secercah harapan agar tubuh ini bisa melanjutkan perjalanan
Dan bukan diam seperti ini

20 Juli 2013
Andin Destian

Rabu, 17 Juli 2013

Berawal dari Masa Lalu

Aku beranjak dari tempat tidurku kulihat jam menunjukan pukul 06.15 aku segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Hari ini adalah hari pertamaku masuk di sekolah baruku, aku dan keluargaku baru saja pindah rumah karena pekerjaan ayahku yang membuat kami harus pindah, setelah kurasa sudah rapi aku langsung keluar kamar dan menyapa kedua orangtuaku yang tengah menungguku di meja makan. “Icha, ayo sarapan dulu” ucap ibuku yang tengah menyiapkan roti untukku “iya bu, oh iya ayah hari ini nganterin aku ke sekolah kan?” ucapku “iya ayah anterin,” ucap ayah sambil tersenyum padaku, setelah selesai kami pun berangkat.
                                                 
                                                                          *****

“Anak-anak hari ini kalian mendapatkan teman baru, silahkan masuk Icha” ucap seorang guru cantik mempersilahkan aku masuk ke kelas, aku pun memperkenalkan diriku di depan semua teman-teman baruku yang belum aku kenal dan setelah itu aku duduk di bangkuku.
Bel istirahat pun berbunyi aku keluar dari kelas dan tak sengaja aku menabrak seorang cowok bertubuh tinggi, berkulit sawo matang, berhidung mancung dan berambut agak keriting “maaf, maaf aku gak sengaja” aku merasa sangat bersalah karena gara-gara aku menabraknya handphone yang dia pegang jatuh namun dia hanya diam dan pergi meninggalkanku “maaf banget, handphonenya nanti aku ganti deh” teriakku padanya tapi dia terus berjalan tanpa menengok ke arahku lagi mungkin dia sangat marah padaku, aku sangat merasa bersalah.
Karena perutku terasa lapar aku pun pergi ke kantin, setelah aku memesan makanan aku mencari tempat duduk yang kosong, ku lihat ada bangku yang hanya diduduki oleh seorang cowok dan ternyata cowok itu adalah cowok yang tadi tak sengaja aku tabrak aku ragu untuk duduk di sana namun aku sudah merasa sangat lapar jadi dengan terpaksa aku bejalan mendekatinya “boleh aku duduk disini?” aku bertanya dengan wajah yang sedikit takut tapi seperti biasa dia hanya diam dan tak menjawab sepatah katapun, akhirnya aku pun duduk di sebelahnya. “aku Icha” aku mencoba memperkenalkan diriku padanya dengan mengulurkan tanganku namun dia tetap diam, aku jadi berfikir apakan dia ini tidak bisa bicara.
Beberapa saat kemudian seorang cewek menghampiri kami berdua “kamu siapa? Ngapain kamu duduk disini?” ucap cewek itu ketus padaku “bangku disini penuh semua, Cuma di sini aja yang kosong jadi aku duduk disini” ucapku “alesan aja kamu, bilang aja kamu pengen deket-deket pacar aku kan, mendingan sekarang kamu pergi dari bangku ini” ternyata itu adalah pacar cowok dingin ini “tapi kan ini tempat umum siapa aja boleh duduk disini, lagian aku gak ngedeketin pacar kamu” ucapku membela diri namun dia terlihat sangat marah dengan ucapanku lalu cewek itu mengambil jus yang telah aku pesan dan melemparkan cairan jus itu padaku “. Elsa cukup!!  kamu apa-apaan sih!!!” untuk pertama kalinya aku mendengar cowok itu mengeluarkan suaranya “Hery kamu belain dia?” kata cewek yang bernama Elsa itu, tanpa menjawab ucapan Elsa cowok itu langsung menarik tangan Elsa dan membawanya pergi dari kantin.
Saat mereka telah pergi aku baru sadar kalau semua teman-teman di kantin memperhatikan aku, karena merasa malu aku pun pergi dari kantin menuju toilet untuk membersihkan tubuhku namun tiba-tiba cowok dingin yang ternyata bernama Hery itu menghampiriku dan memberikan sapu tangannya padaku setelah itu dia pergi tanpa bicara apapun aku merasa sangat heran dengan sikap Hery yang tak pernah bicara padaku.

Bel telah berbunyi lagi bertanda waktunya pulang, aku berdiri di depan gerbang menunggu ayahku menjemput tak lama kemudian handphone ku berbunyi dan ternyata ayah mengirim sms dan memberitahuku bahwa dia tidak bisa menjemputku, aku pun berjalan meninggalkan gerbang sekolah ku tiba-tiba sebuah motor berwarna merah menghampiriku “mau bareng?” kata cowok yang ternyata adalah Hery, aku tak percaya ternyata Hery bicara padaku aku terpaku dan menatap nya, ternyata Hery sangat tampan walaupun dia sering bersikap dingin padaku “hei kok diem aja sih? Mau pulang bareng gak?” katanya menyadarkan aku dari lamunanku “emm, kamu ngajakin pulang bareng? Gak salah? tadi di sekolah kan kamu dingin banget sama aku, kok sekarang tiba-tiba ngajak pulang bareng sih?” tanyaku heran “jangan keGRan yah aku ngajakin pulang bareng Cuma sebagai tanda maaf aja soalnya baju kamu kotor gara-gara Elsa, jadi yah kasian aja kalau kamu pulang sendiri dengan baju kamu yang kotor itu” ucap Hery dengan wajah yang datar “gak usah deh aku bisa pulang sendiri kok lagian aku udah maafin kamu sama Elsa, jadi gak usah repot-repot mau nganterin aku” ucapku sambil berjalan meninggalkannya. Namun Hery mengikutiku “udah cepet naik” katanya sambil menarik tanganku untuk naik ke motornya, aku merasa kesal karena Hery memaksa ku untuk pulang bareng dengannya tapi di sisi lain ada perasaan senang karena aku bisa pulang bareng sama Hery, semoga ini bukan perasaan suka karena aku gak mungkin suka sama cowok yang selalu bersikap dingin padaku.

Di perjalanan aku dan Hery tidak bicara apapun kami sama-sama diam namun tiba-tiba arman bertanya padaku “rumah kamu yang di depan itu kan?” katanya yang membuatku heran mengapa Hery bisa tau rumahku padahal kami baru kenal “ko kamu tau kalau yang di depan itu rumah aku?” tanyaku, namun Hery tak menjawabnya dia hanya diam. Beberapa saat kemudian kami sampai di depan rumahku, Hery menghentikan motornya lalu aku pun turun namun setelah itu Hery langsung melaju pergi tanpa berkata apapun, aku merasa dia benar-benar cowok yang sangat aneh.
Aku masuk ke dalam rumah namun tak ada siapa-siap di rumah ku, ayah sedang meeting dan ibu pasti sedang arisan sedangkan pembantuku sejak seminggu yang lalu pulang kampung. Aku pun pergi ke kamarku dan membaringkan tubuhku di kasur, ku tatap langit-langit kamarku entah kenapa tiba-tiba wajah Hery muncul di depan mataku aku membayangkan lagi kejadian hari ini di sekolah, saat aku menabrak Hery, lalu saat Hery memberikan sapu tangannya padaku aku tersadar tentang sapu tangan yang arman berikan padaku ternyata belum aku kembalikan, aku pun mengeluarkan sapu tangan itu dari dalam tas ku lalu aku memperhatikan sapu tangan itu dan aku melihat ada tulisan “I.H” aku teringat sesuatu saat melihat tulisan itu aku mencoba mengingatnya namun aku benar-benar lupa.
Suasana di kamarku pun tiba-tiba hening sampai terdengar suara handphone ku berbunyi, aku mengambilnya ternyata ada telepon dari nomor yang tidak aku kenal lalu aku mengangkatnya “hallo? Siapa ini?” tanyaku “kalau kamu mau tau siapa aku, hari minggu nanti kamu harus ke bandung terus kamu datang ke sungai yang ada di belakang taman yang dulu sering kamu datangi, dan inget kamu harus bawa barang yang berhubungan dengan masa lalu kamu” ucap cowok misterius itu “memangnya ini siapa? Kenapa aku aku harus datang ke bandung, hallo, hallo?” suaranya terputus, aku merasa sangat heran sebenarnya siapa cowok yang menelpon ku tadi dan kenapa dia menyuruhku datang ke bandung dan membawa barang-barang masa lalu ku, apa maksud semua ini, seribu pertanyaan menghantui pikiranku.

Hari ini aku tidak melihat Hery di sekolah, aku sudah mencari Hery ke kelasnya namun temannya bilang Hery tidak masuk sekolah padahal aku ingin mengembalikan sapu tangan. Namun Hery malah tidak masuk sekolah dan entah kenapa muncul perasaan sedih saat aku tidak melihat Hery hari ini, aku jadi teringat penelpon misterius kemarin sore dan aku jadi merasa sangat penasaran sebenarnya siapa cowok itu.
Akhirnya waktu pulang pun tiba aku senang hari ini ayah menjemputku, di perjalanan aku bertanya pada ayah “yah besok kan hari minggu, boleh gak yah aku besok pengen ke bandung?” “mau ngapain kamu ke bandung?  kita kan udah pindah ke Jakarta,” ucap ayah “aku kangen aja sama rumah yang di bandung yah, sekalian aku juga pengen ketemu temen-temen aku disana, boleh kan yah?” aku berharap ayah mengijinkanku pergi kesana “terus kamu mau ke bandung sama siapa? Ayah kan sibuk rini, ayah banyak pekerjaan sekarang” aku sedikit kecewa dengan jawaban ayah “aku berangkat sendiri aja yah, gak apa-apa kok lagian di bandung kan aku bisa nginep di rumah tante Rina, gimana yah boleh gak?” aku terus memohon pada ayah agar ayah memberikan ijin padaku “kamu berani berangkat sendiri? Ibu pasti gak kan ngijinin kamu berangkat sendiri, udahlah Icha lain kali aja ke bandung nya” aku diam tak menjawab perkataan ayah, aku sangat kesal karena ayah tak mengijinkanku ke bandung “ya sudah kalau kamu benar-benar mau ke sana ayah ijinkan tapi kamu pergi kesana sama pak Dodi yah soalnya ayah takut terjadi apa-apa sama kamu kalau kamu pergi sendiri” aku lega mendengar keputusan ayah perlahan aku tersenyum karena aku merasa sangat senang.

Pagi itu aku sudah bersiap-siap untuk pergi, sebelum aku pergi aku berpamitan kepada kedua orangtuaku “hati-hati di jalan yah Icha, inget kamu di bandung Cuma ibu kasih waktu 3 hari setelah itu kamu harus langsung pulang” kata ibu sambil memeluk ku “iya bu Cuma 3 hari” ucapku sambil tersenyum pada ibu dan ayah “pak jangan ngebut-ngebut yah, jagain anak saya” kata ayah ke pak Dodi supir pribadi ayah “siap pak” jawab pak Dodi dengan sopan, setelah mengobrol sebentar dengan orangtuaku aku pun bergegas pergi.
Beberapa jam kemudian aku telah sampai di rumah tante Rina. Tante Rina sangat senang karena 3 hari kedepan aku akan menginap di rumahnya karena tante Rina hanya tinggal sendiri di rumahnya jadi aku bisa menemani tante Rina untuk 3 hari kedepan.
Sore itu aku pergi ke sungai masa kecilku, sebenarnya aku berharap bisa bertemu cowok misterius itu, namun sudah hampir 1 jam aku duduk di pinggir sungai itu dan tak ada satu orang pun yang datang menghampiriku, aku jadi berfikir apakah cowok misterius itu hanya mengerjaiku saja. Pada akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah tante Rina namun tiba-tiba aku mendengar suara musik yang berasal dari tempat yang tadi aku duduki karena penasaran aku pun kembali ke tempat tadi dan aku melihat ada kotak musik, aku heran siapa yang menyimpan kotak musik itu. Aku pun mengambilnya dan aku melihat ada secarik kertas yang menempel di kotak musik itu, kubaca surat itu dan isi surat itu menyuruhku untuk datang lagi ke sungai ini besok jam 10.00 pagi aku jadi yakin bahwa yang mengirim surat ini adalah cowok misterius itu, aku melihat ke sekeliling sungai itu namun aku tidak melihat siapapun hingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan datang lagi besok pagi sesuai dengan isi surat itu.

Aku berjalan menuju sungai masa kecilku, hari ini aku berharap bisa bertemu dengan cowok misterius itu karena aku makin penasaran sebenarnya siapa cowok yang sepertinya telah mengenalku dari dulu. Sesampainya di sungai aku duduk di pinggir sungai itu, aku melihat sekeliling sungai itu entah kenapa sebuah kenangan menghampiri pikiranku, kenangan masa kecilku dengan cowok yang menyebutkan namanya adalah IH. cowok yang menurutku aneh karena namanya sangat singkat, aku mengenalnya di sungai ini, saat itu aku masih berumur 7 tahun, aku melihat seorang anak cowok sedang menangis di pinggir sungai aku menghampirinya dan memberikannya permen lollipop milikku, dia pun mengambil lollipop itu dan tersenyum padaku, dan semenjak itu aku dengan IH menjadi akrab setiap hari kami selalu main ke sungai ini. Sampai pada suatu hari IH tidak memberiku kabar dan tiba-tiba menghilang. Aku tidak tahu IH pergi kemana dan sampai sekarang aku masih tidak tau kemana teman kecilku itu.
Beberapa saat kemudian aku tersadar ada seorang cowok yang duduk di sebelahku dan aku tidak percaya cowok yang sekarang ada di sampingku adalah arman cowok yang selalu bersikap dingin padaku “apa kabar?” katanya menyadarkan lamunanku “Hery? Kenapa kamu ada disini? Dan sejak kapan kamu duduk disini?” aku benar-benar tidak menyadari keberadaan Hery karena aku terlalu serius mengingat masa kecilku, aku juga heran kenapa Hery bisa tau aku ada di sini apakah Hery adalah cowok misterius itu? Aku benar-benar bingung dengan semua ini, lalu dengan tiba-tiba Hery mengeluarkan sebuah permen lollipop yang sudah agak retak “masih inget sama permen ini?” ucap Hery sambil menunjukan permen itu padaku sesaat aku langsung ingat teman kecilku yang dulu tiba-tiba menghilang “kamu IH? Jadi IH itu adalah kamu Her?” aku makin heran dan bingung lalu arman menatapku “iya Icha, ini aku IH anak cowok yang dulu nangis terus kamu kasih permen ini, aku masih nyimpen permen ini karena aku yakin aku bakalan ketemu lagi sama kamu, Icha maaf dulu aku tiba-tiba pergi dan gak ngasih kabar sama kamu, aku punya alasan kenapa aku kaya gitu” ucap arman sambil menggenggam tanganku “jadi kamu IH, kenapa kamu gak bilang dari awal Hery? Kenapa kamu malah bersikap dingin sama aku? Dan kenapa dulu kamu ninggalin aku?” ucapku dengan sangat penasaran “waktu kamu pertama kali masuk sekolah aku masih belum yakin kalau kamu adalah Icha temen kecil aku makannya aku bersikap dingin sama kamu, tapi karena aku penasaran banget sama kamu, aku nyari informasi tentang kamu dan setelah aku tau kalau kamu pindahan dari bandung aku makin penasaran sama kamu makannya aku telepon kamu dan nyuruh kamu datang ke bandung biar aku bisa bener-bener yakin kalau kamu Icha temen kecil aku. Dan maaf dulu aku tiba-tiba pergi aku mendadak harus pindah ke Jakarta soalnya ayah sama ibu aku cerai dan aku ikut ibu kejakarta, sekali lagi maaf yah.”
Aku benar-benar merasa bahwa ini semua adalah mimpi, temen kecil yang dulu tiba-tiba pergi ninggalin aku adalah Hery, cowok misterius itu juga Hery dan ternyata Hery memiliki orangtua yang sudah berpisah, mungkin itu yang membuat dia menjadi cowok yang bersikap dingin sama orang lain. “jujur aku masih merasa kalau ini adalah mimpi, aku gak nyangka ternyata kamu adalah temen kecil aku dan kita bisa ketemu lagi setelah beberapa tahun kita gak ketemu” ucapku sambil tersenyum padanya, aku merasa sangat senang karena aku bisa bertemu dengan IH yang ternyata adalah Hery.


“Icha, aku mau jujur sesuatu sama kamu.” Kata Hery. “jujur apa lagi?” kataku dan tersenyum padanya “semenjak aku kenal kamu dulu aku udah mulai suka sama kamu, dulu waktu aku pergi aku berharap bisa ketemu kamu lagi dan mengungkapkan perasaan aku, sekarang waktu yang tepat kamu tau perasaan aku. Kamu mau gak jadi pacar aku?” Hery mengatakan hal yang membuat jantung aku deg-degan, apa mungkin aku juga jatuh cinta sama Hery, aku mencoba menatap matanya “kamu serius sama omongan kamu? Tapi bukannya kamu udah pacaran sama Elsa?” ucapku. “aku sama Elsa nggak pacaran, dia aja yang ngaku-ngaku jadi pacar aku pdahal nggak, aku sukanya sama kamu dari dulu, jadi apa jawaban kamu?” ucap Hery, aku merasa aku juga sudah jatuh cinta padanya jadi tidak ada salahnya jika aku mencoba “iya aku mau jadi pacar kamu.” Aku sudah sangat yakin dengan jawabanku, akhirnya kenangan kecilku menjadi kisah cinta yang akan aku mulai bersama Hery, dan aku percaya bahwa cinta bisa berawal dari apa saja bahkan bisa berawal dari masa lalu kita sendiri.

Kamis, 06 Juni 2013

JALAN CINTAKU

Gelak tawa dan kebersamaan ini telah terjadi sejak dulu, sejak kita masih kanak-kanak. Kita adalah sahabat, kita tlah seperti saudara, begitu dekat, dan mengerti satu sama lain. Sebut saja dia dengan nama Rama. Tak ada sedikitpun angan yang terlintas difikiran ku tuk merasakan cintanya, semua tlah berubah saat kita beranjak dewasa, disaat kita tlah mengenal apa itu arti sebuah kebersamaan yang didampingi dengan cinta. Saat dia mengatakan ingin mendampingi aku bukan sebagai sahabat ataupun saudara, sungguh tak pernah ku sangka, bimbang ku rasakan. Tapi, ku tak mau membuatnya terluka atau kecewa, ku putuskan untuk menerima permintaannya itu. Sejak saat itu, ada kebimbangan dalam hatiku, apakah ini semua keputusan yang benar, di satu sisi aku tak mau mengecewakan Rama, tapi di satu sisi dia baru saja mengakhiri hubungannya dengan salah seorang sahabatku sendiri, Reina. Hubungan ku ini, awalnya tak ada yang mengetahui, hanya aku dan Rama. Tapi, seiring berjalannya waktu, semuanya tahu, beegitupun Reina, awalnya aku takut jikalau dia marah dan membenciku. Tapi ternyata dia tak mengapa, dia tak marah ataupun benci kepadaku. Hubungan ku dengan Rama, awalnya baik-baik saja, tapi semenjak kita tak lagi satu sekolah, saat kita memilih sekolah yang berbeda, hubungan ku semakin jauh, dan aku merasa kita tlah jauh. Saat itu ku akui, hatiku tlah berpaling, dan setelah ku mengetahui hatinya juga tlah berpaling kepada yang lain, ku putuskan mengakhiri hubungan ini.
‘’ mungkin ini memang jalan terbaik buat kita berdua, kita memang tak bisa satu, sudah tak ada lagi kecocokan dalam hubungan kita, jadi lebih baik kita berhenti cukup sampai disini”
Sebait pesanku ini diterimanya, dan dia menyetujui keputusan ku ini. Sejak saat itu, aku menjalin hubungan dengan orang lain. Saat ini kumerasa sangat bahagia, orang tua ku memberi restu terhadap hubungan ku dengan orang ini, sebut saja Adrian. Aku serasa tak mau melepas dia, ku selalu berharap hubungan ini tak berakhir sia-sia. Tapi takdir berkata lain, Adrian meninggalkan aku dengan sebuah luka, hatinya berpaling. Tak kusangka begitu pahit ini semua bagiku, tak kusangka dirinya tega khianati ku. Ku terpuruk dalam kepedihan, tak sanggup rasanya ku tuk bangkit dari semua kenyataan pahit ini.
‘’ jika memang kita harus berpisah, aku tlah menemukan seseorang yang lebih mencintaimu dari pada aku “
Pesannya ini, sampai sekarang tak ku mengerti, tak tau siapa yang dia maksud. Selau ku coba melupakan dan menepis bayang-bayangnya dalam hidupku, tapi sungguh begitu sulit ku rasa. Sakit ini semakin terasa, disaat dia tak mau menyapaku, bahkan menyebut nama ku saja sudah tak pernah ia lakukan.

Beberapa bulan berselang, Rama kembali mendekatiku bukan sebagai sahabat.
‘’ aku menyadari bahwa selama ini aku hanya menyayangi dirimu, meski ku tlah lewati hari dengan hati yang lain, tapi tak pernah ku rasakan sayang seperti dirimu’’

Ucapannya tak cukup mampu buatku luluh, dan aku katakan tak ingin menjalin hubungan yang seperti dulu.
‘’kita lebih baik jadi seorang sahabat, kita tak mungkin bisa menjalaini hubungan seperti dulu, aku sayang kamu sebagai sahabat ku “

Tak pernah ku fikirkan akibat perkataanku itu, menyakitinya atau mengecewakannya, aku tak tahu. Yang aku tahu, aku melakukan semua ini demi persahabatan ku dengan dia. Tak pernah dia menyerah tuk meluluhkan hatiku, selalu ia memanjakan dan memberi perhatian penuh terhadapku. Selalu ia berusaha tuk meyakinkanku, bahwa ia kan selau buatku bahagia.
‘’ aku sangat menyayangimu, beriku kesempatan satu kali lagi, tuk menghapus kesalahan ku dimasa lalu, aku berjanji tak kan khianatimu, tak kan ku buatmu sakit, percayalah padaku bahwa kasih dan sayangku buat kamu itu tulus’’

Kata-katanya itu, kian lama buat ku luluh terhadapnya. Hingga pada akhirnya ku putuskan kembali tuk mencoba menjalin hubungan spesial dengan Rama.
‘’ ku coba mempercayaimu lagi, ku beri kau kesempatan dan ku percaya semua kata-katamu, aku mohon jangan sakiti dan khianati diriku ini’’
Tanggal 17 januari 2012, kita menjalin hubungan kembali. Hari-hariku dipenuhi dengan perhatian dan kasih sayangmu, pujian-pujian mu terhadapku jadi menu keseharianku. Tapi, masih ada kebimbangan dalam hatiku, aku masih bertanya-tanya, sebenarnya apakah aku sayang sama dia?? Tiap dia bilang sayang kepadaku, ku selalu bilang ‘’ aku juga sayang kamu ‘’, aku tak tahu salahkah ucapanku itu, yang aku tahu, aku akan membuatnya bahagia jika aku mengatakan bahwa aku juga menyayanginya.

Sikapnya memang tak seperti dulu lagi, sudah lebih dewasa, tapi masih saja ada sikap yang membuatku jengkel. Ingin selalu ku tegur tapi aku tak mau pertengkaran terjadi diantara kita, aku Cuma ingin menjalin hubungan yang lebih lama dengannya. Walaupun ku coba hindari pertengkaran, masih saja ada yang membuatku marah dan ngambek kepadanya, dia selalu mencoba menenangkanku dan membuatku tersenyum lagi. Kian lama ku jalani hari bersamanya,kian ku rasakan kebahagian, rasa sayang itu tumbuh dengan seiring berjalannya waktu dan kebersamaan kita selama ini.

Ditengah kebahagiaan kita, ada masalah yang terjadi, hubunganku ini tanpa diiringi restu kedua orang tuaku. Sakit saat ku dengar ucapan mereka, bahwa hubungan ku ini harus segera berakhir. Ku coba bicara hal ini pada Rama, tapi aku nggak berani. Aku takut menyakitinya, aku takut membuat dia terluka, aku nggak tega ngomong sama dia. Sekarang ku di hampiri kebimbangan, apa yang harus aku lakukan, menuruti kata orang tua, apakah memperhatakan hubungan ini. Sungguh, jadi kayak sinetron, hubungan nggak direstui gara-gara masalah yang sepele dan nggak jelas. Sumprit deh pusing mikirin masalah ini, mau dibawa kemana hubungan ini.

Suatu hari, aku bertemu dengan dia di rumah temenku, sebut saja namanya Putra, karena kebetulan banget pacarnya Putra adalah temen dekatku sendiri, panggil aja Isna. Jadi, ceritanya double date gitu deh. Seru juga double date kayak gini, saat itu aku sama Rama duduk berdua, dia nyuruh aku menutup kedua mataku, aku sempat nggak mau, tapi dia maksa. Ya, okelah aku turutin. Dan tak lama kemudian aku rasakan ada sesuatu di leherku, ku buka mataku dan ternyata dia telah memasangkan kalung di leherku. Dia tersenyum padaku dan bilang ‘’ aku sayang kamu’’. Ku balas senyum manisnya dan ku balas pula ucapannya itu ‘’ aku juga sayang kamu ‘’.

Tak lama kemudian aku berdiri, aku mengatakan sesuatu kepadanya,
‘’ bagaimana nanti seandainya kita tak lagi bersama ya?”

Dia terkejut dengan pertanyaanku itu, serentak ia berdiri dan kembali bertaya kepadaku.
‘’ apa maksud kamu, apa yang kamu katakan?’’

Aku diam sejenak dan menunduk sambil ku pegangi kalung dari dia.
‘’ seandainya hubungan kita nanti berakhir bagaimana?’’
‘’ berakhir? Kenapa kamu berfikir seperi itu?’’
‘’ kamu tahukan, orang tuaku bagaimana, mereka tak merestui kita !’’

Rama terdiam, ia duduk kembali dan menunduk. Sungguh, sedih bangit hati ini ngeliat dia kayak gitu. Dia kemudian mengajukan pertanyaan kepadaku.
‘’ apa kamu akan mengakhiri hubungan kita ini?’’
‘’ aku nggak tahu?” jawabku dengan lemas
‘’ aku ikhlas, jika memang kamu akan memutuskan hubungan ini, tapi sungguh ku tak kan sanggup kehilangan kamu ‘’

Rama menatapku, dengan mata yang berkaca-kaca. Oh, tuhan sungguh semakin tak tega aku, rasanya tubuh ini makin lemas bahkan mau pingsan.
‘’aku, aku nggak tahu, aku nggak tahu harus bagaimana’’
‘’ aku sangat menyayangimu, aku nggak bisa kehilangan kamu’’
‘’ aku juga sayang kamu ‘’

Dia berdiri dan memeluk erat tubuhku, ini untuk pertama kalinya aku dipeluk sama pacar. Dan tak ku sangka air mata ini menetes begitu deras.
‘’ aku sungguh nggak mau kehilangan kamu , aku menyayangimu’’

Berulang-ulang kali Rama mengucapkan kata-kata itu.
‘’ aku juga sayang kamu, aku nggak mau putus dari kamu’’

Setelah ku ucapkan kalimat itu, air mata ini semakin tak mau berhenti.
‘’ aku nggak mau putus, nggak mau’’
‘’ jangan nangis ya, aku nggak mau liat kamu nangis kayak gini’’
‘’ tapi, aku nggak mau putus, aku sayang kamu’’
‘’ kita nggak akan putus, nggak akan pernah. Percaya lah padaku, pasti suatu hari nanti, kita akan mendapatkan restu’’
‘’ apa kamu yakin?’’
‘’ aku yakin, sudah ya nggak usah nangis lagi, aku nggak tega ngliat kamu nangis kayak gini’’

Rama mengusap air mataku dengan begitu lembut, kedua tangannya memegang pipiku.
‘’ aku menyayangimu, yakinlah bahwa hubungan kita akan baik-baik saja’’

Dipeluknya kembali tubuhku yang lemah ini, ku ucapkan berulang-ulang kali.
‘’aku sayang kamu, aku nggak mau putus ‘’
Semakin kurasa nyaman dalam pelukannya, terasa sejenak beban ini hilang. Rasanya aku tak ingin lepas dari pelukan hangatnya. Tapi waktu juga yang akhirnya melepaskan. Aku sempat berfikir hari ini semuanya akan berakhir begitu saja, tapi ternyata salah , cerita ini masih terus berjalan dan belum berakhir.
Sejak saat itu, cerita ini semakin indah, banyak moment-moment yang berkesan. Dia selalu menemani tawaku, dia mengusap air mataku ketika ku menangis, dia selalu di sampingku saat ku bersedih. Rasanya sayang ini semakin kuat.
Suatu hari saat meeting class, Isna tidur dirumahku, dan kami membuat rencana untuk berangkat kesekolah esok hari, aku akan berangkat dengan Rama, dan dia akan berangkat dengan Putra dan kami berencana berangkat agak siang dari pada biasanya.
Keesokan harinya, rasanya begitu semangat untuk memulai hari ini, setelah selesai sarapan aku dan Isna berangkat, kami janjian bertemu Rama dan Putra di jembatan. Saat sampai di jembatan baru Rama yang disana, Putra belum nongol ternyata. Rama mengajakku berangkat lebih dulu karena ia takut telat, tapi Isna nggak mau ditinggal sendirian. Setelah beberapa saat akhirnya Putra nongol juga, kamipun berangakat tapi kami tak melewati jalan yang sama. Kami memang berbeda-beda sekaolah, Cuma aku dan Isna yang satu sekolah, aku dan Isna nantinya akan bertemu di depan gerbang sekolah.

Sepanjang jalan, aku dan Rama bersenda gurau, jikalau bisa tiap hari kayak gini, anganku melayang tinggi. Dia berkata padaku
‘’ aku ingin tiap hari bisa berangkat ke sekolah dengan kamu, menjemputmu di rumah dan disekolah, pengen banget “
‘’aku juga pengen kayak gitu, kayak anak-anak yang lain, bisa berangkat dan pulang bareng,tapi apalah daya itu mustahil terjadi’’

Kami terdiam sejenak, seakan menghentikan angan yang sempat melayang. Saat sampai di depan sekolahku, ku tengok kanan dan kiri mencari Isna, dan ternyata ia belum datang.
‘’ cepat sana masuk, nanti telat’’
‘’ aku nunggu Isna ‘’
‘’ tunggu di dalam aja, cepat masuk’’
‘’ nggak lah, aku mau nunggu di sini aja’’
‘’ ya uda terserah kamu aja, aku ke sekolahku dulu ya, hati-hati kamu di sini’’
‘’ iya, kamu juga hati-hati ya’’

Aku duduk di depan gerbang sendirian, lalu ada temankku yang baru datang, dan aku mengajaknya nungguin Isna, aku telfon tak diangkat olehnya, aku sms tapi tak di balas. Sampai akhirnya gerbangpun ditutup, dan ada salah seorang temanku yang baru datang.
‘’ ngapain kalian berdua disini?’’ tanyanya kepadaku dan temanku
‘’ nunggu Isna, dia belum datang”
‘’lhoh, gerbangnya kok ditutup’’ katanya dengan kaget
‘’ ya uda, disini dulu nunggu Isna ‘’
Aku dan kedua temanku menunggu Isna, cukup lama kami menunggu dan akhirnya dia datang juga. Dia datang dengan senyum yang lebar tanpa merasa bersalah karena tela membuat kami menunggu. Saat kami akan masuk, pak satpam menghalangi kami, beliau tak mau membukakan pintu gerbang. Beliau menyuruh kami menunggu anak-anak yang lain, mungkin ada yang telat lagi. Dan ternyata benar, ada lebih banyak lagi yang telat. Setelah itu, kami harus berbaris dengan rapi, dan kamipun dimarahin oleh pak satpam, bahkan kami di video dan wajah kami di potret sama ketua osis. Wow, kayak teroris aja fikirku, setelah kenyang dengan omelannya pak satpam dan ketua osis, kami harus berlari keliling lapangan, padahal lagi ada pertandingan futsal. Sumpah, malu banget deh, diketawain dan dilihat sama anak satu sekolahan, rasanya pengen ku tutup mukaku pakai kantung kresek.
Tapi, aku akuin deh nggak nyesel hari ini telat dan nggak apa-apalah harus dapat omelan yang penting bisa bareng sama mas pacar. Heheehehe

Habis itu, aku dan Isna malah ketawa-ketawa sendiri, habis gokil banget deh kejadian ini, mungkin akan selalu teringat dan nggak terlupakan. Saat pulang sekolah Putra sudah sampai terlebih dulu menjemput Isna, dan kami menunggu Rama, sampai akhirnya Rama datang menjemputku. Kami pulang bareng lagi dan kali ini kami pulang melewati jalan yang sama. Rasanya hari ini nggak mau cepat-cepat berlalu, kapan lagi coba bisa kayak gini. Ada yang lucu sih dari hubungan aku dan Rama, lalu Isna dan Putra. Jika salah satu dari kami ada yang bertengkar pasti yang satunya juga bertengkar. Dan kalau lagi seneng dan bahagia-bahagianya, pasti yang satu juga lagi bahagia. Kalau lagi berantem sama pacar,malah aku dan Isna yang cuek-cuekan, diem-dieman,. Tapi kalau lagi baikan dan nggak ada masalah sama pacar, kita pasti ngobrol terus, becanda terus. Kalau di fikir-fikir emang lucu sih, sedih bareng seneng bareng.
Keanehan mulai aku rasakan saat bulan puasa, aku merasa sikap Rama berubah, aku merasa dia uda nggak perhatian lagi sama aku. Tapi, aku coba untuk hilangkan perasaan ini. Sebenarnya memang bulan puasa ini menyenangkan, aku dan Rama tak jarang sholat terawih bareng dan sholat shubuh di mushola bareng.

Suatu malam selepas sholat tarawih, Rama mendatangi aku di rumah, kebetulan saat itu kedua orang tuaku masih dimushola. Aku kurang mengerti tujuan dia rumahku itu apa, lalu Rama berkata padaku “ aku sungguh menyayangimu ‘’. Aku tersenyum mendengar ucapannya itu, belum sempat aku balas ucapannya itu, tiba-tiba ia memegang tanganku dan memasangkan sebuah cincin di jari manisku.
“ aku sungguh sayang kamu, jangan tinggalkan aku, dan ku mohon jaga cincin ini baik-baik “ ucap Rama dengan tatapan mata yang sendu
‘’ aku juga sayang kamu, kan ku jaga cincin ini seperti ku menjaga cinta ini “
Ia memeluk tubuhku, sungguh ku rasa begitu nyaman dan ku merasa bahwa ia benar-benar menyayangi aku. Selepas itu, ia segera pulang. Ku pandangi cincin itu, dan aku berfikir, apakah tak kan ada nantinya yang memisahkan aku dan dia?? Yah, semoga saja. Aku hanya menginginkan yang terbaik buat hubunganku dengan Rama ini.

Beberapa hari setelah itu dan pada saat makan sahur, tak ku sangka kalung yag diberikan oleh Rama putus, dan ku merasa perasaan ku tak menentu, ada kekhawatiran, ada ketakutan, ku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi?? Lalu, ku coba mengatakan kepada Rama bahwa kalung pemberiannya itu putus.
‘’ kenapa, kalung itu bisa putus?’’ tanya Rama
‘’ aku tak tau, tiba-tiba putus begitu saja”
‘’ kamu sih nggak jaga baik-baik “
‘’ aku sudah jaga baik-baik kok ‘’
‘’ ya sudahlah, besok-besok aku belikan lagi “
Untung saja Rama tak marah padaku, tapi jika diingat-ingat barang-barangku dari Rama tak pernah ada yang tetap utuh atau bagus sampai sekarang ini. Mulai dari boneka yang ia berikan saat rekreasi waktu SMP dulu uda ada bagian yang sobek, gelang juga putus, lalu bingkai fotonya pecah , dan kalungpun putus. Aneh memang dan sempat terfikir dibenakku, apakah ini pertanda bahwa hubunganku dengan dia tak kan bertahan lama dan kami ditakdirkan tidak untuk bersama. Tapi, selalu ku coba singkirkan jauh-jauh fikiran buruk itu.

Malam itu, semakin ku rasakan ada yang aneh dari dia, lalu ku beranikan diri untuk menegurnya,
‘’ aku merasakan ada yang aneh dengan kamu akhir-akhir ini “
‘’ aneh bagaimana?”
‘’aku merasa perhatianmu berkurang, tak seperti dulu “
‘’ perhatianku terhadapmu tak pernah berkurang, mungkin hanya perasaanmu saja “
‘’ ini bukan sekedar perasaan semata, kamu benar-benar berubah, tak seperti dulu “
‘’ mungkin karenaku terlalu banyak tugas “
Dan akhirnya semua perkataanku itu menimbulkan pertengkaran di antara kami, aku marah padanya, dan mungkin ia juga marah padaku.
Keesokan harinya, aku tak memberi kabar padanya dan aku sangat berharap ia mengirimi aku pesan atau menelfonku seperti biasa. Tapi, dari pagi hingga malam tak satupun pesan ku terima darinya, semakin jengkel ku rasa, dan kemarahanku semakin besar padanya.

Hari berikutnya, tetap ku coba tuk tak menghubungi dia, aku ingin tau apakah dia akan menghubungi aku. Tapi, hingga siang hari, tak juga ia menghubungi aku, aku rasanya sudah tak tahan menahan emosiku. Lalu ku kirimi dia pesan
‘’ kok dari kemarin nggak ada kabar, lupa ya kalau punya pacar, atau uda nganggep kalau uda nggak punya pacar ?’’
‘’ ngomong apa’an sih, siapa yang lupa kalau uda punya pucar dan siapa juga yang uda nganggep kalau nggak punya pacar “
‘’ lha trus apa dong namanya, kalau dari kemarin seharian nggak hubungin aku dan sekarang ini aku kalau nggak ngirim pesan, pasti kamu juga nggak akan ngirimi aku pesan kan??”
‘’ aku Cuma sakit hati aja, karena kamu menganggap kalau aku uda nggak perhatian sama kamu “
‘’emang kenyataannya kayak gitu kok “

Dan pertengkaran kami malam itu pun berlanjut, dan karena aku sudah jengkel aku tak membalas pesan darinya. Lalu, entah kenapa rasanya saat itu aku ingin sekali membuka jejaring sosial (fb). Saat itu ku terima pesan, dan anehnya yang ngirim aku pesan adalah Rama, tpi, yang lebih anehnya di pesan itu ia bertanya
‘’ ini pacarnya Rama?”
‘’iya”
‘’ma’af, aku bukan Rama, kamu masih pacaran sama dia?’’
‘’iya, aku masih pacaran sama dia, ini siapa?’’
‘’beneran kamu masih pacaran sama dia?
‘’ beneran lah, kamu siapa sih sebenarnya kok pake fbnya Rama?’’
‘’tapi dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’uda, uda, hubungin aku di nomer ini ************ ‘’

Lalu aku kasih nomer hp aku ke dia, dan kemudian ada pesan dari anak itu.
‘’kak, beneran ya kamu masih pacaran sama Rama?’’
‘’beneran lah, walaupun sekarang aku lagi berantem sama dia, kami nggak putus kok dan nggak ada kata-kata putus tuh !!”
‘’ tapi, dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’ kapan dia bilang kayak gitu, dan kamu itu siapa?’’
‘’beberapa hari yang lalu, aku adik kelasnya kak!!’’
‘’nama kamu siapa, dan kenapa sebenarnya kamu nanya kayak gitu sama aku?’’
‘’ aku Febri, aku Cuma mau pastiin aja yang sebenarnya itu bagaimana “
‘’ sumpah ya, aku nggak ngerti maksud kamu itu apa’’
‘’ Rama uda bilang cinta ke aku, dan dia nembak aku kak!!’’

Membaca pesan itu rasanya aku ingin marah, nangis, perasaan ku nggak karu-karuan, tapi aku masih mencoba untuk tetap tenang.
‘’apa,? nggak mungkin “
‘’ beneran kak, ma’afin aku kalau memang aku merusak hubunganmu dengan Rama “
‘’ kalian uda pacaran?’’
‘’ aku bingung, dia tetap mau jadi pacar aku, aku uda coba nolak dan dia tetap ngotot mau jadi pacar aku kak !!
‘’ aku tanya, kalian uda pacaran apa belum? Nggak usah muter-muter kalau jawab !!’’
‘’ uda kak, tapi baru beberapa hari saja kok, kalau gitu aku akan mutusin dia kak !!’’

Beberapa saat kemudian
‘’ dia nggak mau putus dari aku kak “
‘’oh, gitu ya..!!’’
‘’ ma’afkan aku kak, aku nggak punya maksud ngrusak hubungan kalian !!’’
Dan febri mengirimkan sebuah pesan dari Rama ke aku yang isinya disitu Rama nggak mau putus dari Febri.

Lalu, aku mengirim pesan ke Rama, aku coba tetap tenangkan diri aku.
‘’oh ya,aku lupa nanya sama kamu. Kita putus kan?’’
‘’ terserah “
‘’ oke, kita resmi putus, akhirnya aku bisa bebas juga “
‘’ ini kan yang kamu mau, putus dari aku dan kamu bisa dengan cowo’ lain?’’
‘’kalau iya, emang kenapa, masalah buat kamu? Kamu aja bisa dengan cewe’ lain sebelum kita putus, masa’ aku nggak bisa dengan cowo’ lain, padahal kita uda resmi putus !!
‘’ terserah apa kata kamu aja “
‘’iya, satu pesenku buat kamu, urusin tuh selingkuhan kamu “
Dalam pesan itu, aku berlaga tenang dan santai menghadapi masalah ini, tapi sebenarnya hatiku ini hancur banget dengan semua kejadian ini, sakit banget rasanya, pengen nangis, pengen teriiak, pengen marah, tapi rasanya aku nggak tau bagaimana ngungkapin semua perasaan yang ada di hatiku ini. Tanggal 13 agustus 2012, aku dan Rama resmi putus dan hubungan sudah benar-benar berakhir, gara-gara perselingkuhannya dengan Febri, 7 bulan kurang 4 hari hubungan ini berjalan dengan sia-sia, sad ending.

Lalu, aku megirim pesan lagi kepada Febri.
‘’ aku uda putus sama Rama “
‘’ kok putus, ma’afin aku gara-gara aku kalian putus,”
‘’uda lah, nggak apa-apa “
‘’ kalian nggak usah putus ya, biar aku saja yang putus sama Rama, kalian uda saling mengenal lebih dulu,”
‘’ aku uda terlanjur putus sama Rama, dan mungkin emang uda takdirnya aku putus sama dia !!’’
‘’ ma’afkan aku ya !!’’
‘’ya, moga kalian langgeng!!”
‘’ amin kak, makasih do’anya, dan sekali lagi ma’afin aku “
Sumpah, aku nggak nyangka banget tuh anak bakalan bilang “amin” saat aku bilang “ semoga kalian langgeng”, muna banget tuh anak, awalnya bilang mau putus sama Rama, tpi akhirnya malah bilang amin. Rasanya pengen aku mencaci maki mereka semua, pengen aku pukulin sampe babak belur.
Sempat aku mengajak Febri bertemu dan ngomongin masalah ini baik-baik, tapi ia menghindar dan menolak, aku kurang tau alasan dia yang sebenarnya menghindar dari aku itu apa, dia Cuma bilang kalau dia lagi sibuk, tapi menurutku ia takut bertemu denganku, mungkin ia takut aku bakalan marahin dia, padahal ngga ada maksud ku buat marah atau maki-maki tuh anak, aku kan Cuma pengen tau lebih jelas dan ngomong secara tatap muka langsung kan lebih enak dari pada Cuma lewat handphone.

Keesokan harinya aku mengirim pesan ke Febri.
‘’ tolong jaga Rama, seperti aku menjaganya. Tolong sayangi dan cintai dia, seperti aku menyayangi dan mencintai dia, aku titip dia ke kamu, aku percayakan dia untuk kamu. Jangan buat dia terluka. Semoga kalian bahagia selalu “

Penuh dengan linangan air mata saat ku tulis dan ku kirim pesan tersebut, ada perasaan tak rela untuk melepas begitu saja semua yang telah terjadi selama ini. Tapi apalah daya, ini semua sebuah kenyataan yang harus aku hadapi, air mata ini semakin deras mengalir saat ku kumpulkan semua barang pemberianmnya. Firasatku ternyata benar, bahwa hubungan ini kan berakhir, dengan semua pertanda yang ada selama ini.
“ Ya Allah, sakit banget yang aku rasakan sekarang ini, sakit hati ini kembali lagi berpijak dalam diriku, dia yang telah ku percaya, dia yang telah beriku senyum, dia yang telah beriku mimpi, dia yang temani tawaku, dia yang hilangkan dukaku. Tapi, kini ia telah pergi tinggalkan aku untuk cinta yang baru, cinta yang baru saja ia kenal. Kenapa harus terjadi lagi, apa salahku, apa kurangku hingga dia sakiti aku seperti ini. Ya Allah, tak sanggup rasanya aku mengingat semua kenangan antara aku dan dia, itu terlalu menyakitkan. Ya Allah, jauhkan aku dari rasa benci, jauhkan aku dari dendam, berikan hambamu ini keikhlasan dan ketabahan dalam menerima serta menghadapi semua ini. Ku serahkan semua ini padamu ya allah, ku tahu ini semua rencanamu, ku tahu ini semua kehendakmu, engkau yang telah menyatukan kami, dan engkau pula yang pisahkan kami ya allah”
Sebait curahan hatiku itu ku panjatkan kepada Allah dengan semua sakit yang ku rasakan, dengan semua air mata yang mengalir. Tapi aku coba tersenyum, aku masih mencoba untuk tegar, karena ku percaya dan aku pasti bisa hadapi semua ini.

Beberapa saat kemudian, ku dengar handphone ku berdering, dan ku lihat ada satu pesan. Saat ku buka ternyata itu pesan dari Rama.
‘’ andaikan aku bisa memutar waktu kembali, pasti akan ku lakukan. Tapi itu sungguh mustahil, tak mungkin aku bisa memutar kembali waktu meski hanya satu detik saja. Karena kesalahanku itu, kau pergi tinggalkan aku. Kini kita tlah berjalan sendiri-sendiri, semoga kita bisa menjalani semua ini dengan baik.”
Sedikit senyum yang hanya bisa kuberikan setelah membaca pesan itu, aku mencoba tabah dan tetap tegar, aku tersenyum untuk menahan sakit yang ku rasakan.

Hari-hari ku kini memang sepi setelah ia tak ada lagi dalam kehidupanku ini, aku coba move on, move on dan move on. Ku coba cari kesenanganku tanpa dia, ku coba cari tawaku saat tak ada dia. Kini entah apa yang akan terjadi selanjutnya dengan perjalanan cinta ini, apakah suatu saat aku bisa benar-benar mema’afkan dia dan menghilangkan sakit ini karena dia. Dan mungkin kelak ku bisa temukan yang lebih dari dia, tak aku mengerti, karena semua itu menjadi rahasia Tuhan dan ku coba siap menerima semua yang telah di gariskan oehnya, karena jodoh, rezeki dan matiku hanya Allah yang tahu.

Kamis, 23 Mei 2013

Cerita Cinta

"sayang,kamu serius sama aku?,kamu sayangkan sama aku?,kalau kamu beneran sayank sama aku. Kamu harus bisa buktiin".
"sayang mau bukti apa?pasti aku turuti.aku gak mau kecewain cinta".

Dingin yang menembus ke sum-sum tulang, membuat burung takut terbang keluar dari sangakar, dingin yang menyulap lilin menjadi padam, dingin yang menimbulkan efek embun pada lampu-lampu berwarna kuning berada di pojok-pojok taman, sehingga menambah suasana romantis acara makan malam dua ingsan yang sedang memadu.
"sayang kok diam?sayang pingin bukti apa sih?

Zara tak dapat berkata, bibirnya kelu, batinya merinding, bulu kudunya berdiri. Zara tak dapat berkata, serasa mulutnya terkunci, batinya menciut, ungkapan yang mengurungkan hasrat. Reval tau kekasihnya itu sedang menggigil. Yang dia tahu perempuan di dekatnya itu kedinginan, dia tak tahu pasti apa maksud semua ini, dia tak tahu apa yang terjadi, dia tak tahu isi hati.
"sayang kamu kedinginan?ya sudah kita kedalam yuk!"

Hanya anggukan yang Zara ungkapkan. Ia tak tahu juga apa isi hatinya. Ia hanya pasrah akan keadaan. Yang ia tahu ia sedang berjuang menepis angkara-angkara fikiran negative. Ia hanya menurut pada apa saja yang dikatakan hati. Dengan di gandeng Reval, Zara masuk kedalam rumah bermotifkan paris yang memunculkan efek elegan pada rumah ber dinding warna kalem sehingga menambahkan suasana romantis.
Zara hanya tahu kalau sekarang dia sedang digandeng reval, selebihnya dia tak tahu. Rasanya ditepis keadaan. Dia pun tak tahu kapan dia sampai dikamarnya dan dia tak tahu kapan Reval pulang.

Zara sudah niat untuk ngomong sama Reval hari ini. Dia sudah tekad. Dia harus mengatakanya. Zara pun mengambil ponsel warna pink di meja marmer dekat ranjangnya berwarna pink pula. Tanganya tak mampu mengetik kata. Hanya memandang ponsel nokia black berry itu yang dari tadi Zara lakukan. Zara sendiripun tak mengerti jalan fikiranya. Dia ling-lung akan perasaanya sendiri. Dia tak mengerti.
"Sayang..."

Pesanpun telah terkirim dan telah sampai ke hand phone Reval.
'kau mau apa pasti kan ku beri,kau minta apa akan ku turuti. Walau...'
"aduh,siapa sih malam-malam ganggu orang tidur aja"

Batin Reval dalam hati. Suara dering hand phonenya memaksa tubuh yag letih untuk bangun Reval dengan lunglai dan masih mengantuk mencari sumber suara itu. Dia mencari-cari hand phonenya yang dari tadi masih berada didalam saku celana jeans warn abu-abu yang dipakainya kerumah Zara. Reval langsung melihat dan
'1 message received'

Dan ternyata dari Zara. Reval dengan spontan membuka pesan dari kekasihnya itu karena rasa penasarana apa isi dari pesan itu. Tidak biasanya Zara menghubungi Reval larut malam. Zara yang dikenalnya manja,cantik dan baik hati itu tidak pernah tidur lewat tengah malam.
"Iya sayang, kenapa? Kok tumben belum tidur? Ada apa?"
'message delivered'

Kini waktu menunujuk pukul 1 malam. Angin malam menembus jendela kamar lewat celah-celah kecil  diantara ukiran kayu terpahat sangat rapi. Sepoi-sepoi,dingin membuat rasa kantuk Reval semakin menjadi dan nafsu untuk mengukir mimpi ingin dituruti. Tapi di lain ruang ada kekasihnya yang butuh dirinya. Diapun berjuang menepis setan-setan yang merasuki darahnya,mengipas-ngipas kalbunya, membujuk batinya,menarik matanya karena Reval tak mau mengacuhkan pesan kekasihnya.
'kau mau apa pasti kan ku beri,kau minta apa akan ku turuti. Walau harus aku...'

Dering hand phone mengagetkan jantung yang terlelah. Menggerakan tangan untuk meraih sebuah ponsel dan segera membukanya. Berharap rasa penasaran hati akan segera luluh dengan sendirinya. Jari jempol reflek bergerak.
"Aku butuh bukti, kalau kamu beneran sayang sama aku...

Dengan setengah mengantuk Reval membaca pesan rembulan hati yang sangat ia sayang. Reval adalah seorang yang mungkin dikirim tuhan untuk Zara. Reval sangat sayang sama Zara, tak mau mengecewakan Zara, dia selalu berusaha untuk membuat Zara tersenyum dan dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri kalau sampai Zara bersedih lebih-lebih sampai air mata rembulan hatinya tak bisa dibendung oleh kelopak mata yang membuat hati Reval damai bila melihat sepasang mata itu. Sepasang mata yang memberi kedamaian ingsan yang memandang, sepasang mata yang mengisyaratkan keteduhan jiwa, sepasang mata yang berwarna coklat muda. Sepasang mata yang saat ini dia miliki dan dia tak akan pernah melepasnya walau yang lain merebutnya. Reval melanjutkan membaca isi pesan Zara...
.....Kamu mau gak aku kasih sebuah tantangan untuk kepastian cintaku?"

Tanpa fikir panjang Revalpun menyetujui tantangan dari kekasihnya.

Dan berharap dia tidak mengecewakan dan bisa memenuhi tantanga Zara dengan baik. Reval pun langsung membalas berharap kekasihnya tak menunggu terlalu lama.
"iya, Reval bener-bener sayang sama Zara. Sayang pingin aku ngelakuin apa?"
"aku pingin kamu hidup tanpa aku selama 1 hari! Tidak ada komunikasi di antara kita selama 1 hari. Aku pingin tau apa yang kamu rasakan. Aku pingin tahu kesungguhan cinta kamu ke aku! Kamu sanggup?"
"kenapa kok gitu sayang?"
"kalau kamu bisa melakukanya aku akan cinta kamu selamanya!"
"iya sayang"

Seharian pun Reval tidak SMS ataupun telefon Zara.
"hmmmmm... Pluto,besok Zara ulang tahun. Aku harus siapin kado spesial buat dia!. Aku pingin dia bahagia!"

Terlihat, Reval sedang berbicara pada sahabat. Sahabat yang mungkin tak pernah dan tak akan menjawab semua keluh Reval. Tapi, dia sahabat yang sangat setia dan mau mendengarkan semua isi hati tuannya. Karena sahabat itu adalah seekor kucing. Kucing yang sangat bersahabat. Dengan di temani cuaca yang tidak bersahabat, langit mendung berwarna abu-abu matang, rintik hujan mulai berjatuhan, matahari menyembunyikan sinar terangnya, Seharian Reval menyiapkan kado untuk hari indah kekasihnya. Dengan hati, Reval menyiapkan semuanya. Dinner romantis dengan ditemani lilin-lilin berbentuk hati, makanan yang Zara suka, biola dengan lagu klasik yang selalu Zara mau tidak mugkin terlupakan dan sebuah cincin cantik berwarna silver dengan dua liontin. Itulah cincin pertunangan yang akan Reval sematkan pada jari manis kekasihnya sebagai tanda ikatan cinta dan kasihnya yang tulus. Tanpa Reval ketahui Zara hanya punya waktu 20 jam untuk hidup karena Zara punya penyakit kangker. Reval tak pernah mengetahui penyakit kekasihnya itu, karena memang Zara tak pernah bercerita. Karena hanya satu alasan, Zara tidak mau kekasihnya sedih.

Dengan hati yang bangga karena yakin akan usahanya, dengan rasa gemetar tapi Reval sadar bahwa ia mempunyai satu rasa yang tak terartikan oleh nya, rasa yang aneh. Reval sudah siap menjemput Zara.

Honda Jazz merah menembus jalan yang sepi, menghamburkan daun yang terjatuh rapi, membelah ruang yang sunyi. Akhirnya honda jazz pun terparkir dipelataran degan suasana yang tidak biasa terjadi.

Reval masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, langkah demi langkah yang berat memaksa kaki untuk berjalan. Hatinya meleleh, seperti Ice Cream yang di telan hawa panas ketika melihat sesosok yang sangat di kenal, pujaan hatinya. Tiba-tiba air mengalir dari kedua matanya, entah siapa yang mengundang. Ketika ia mengetahui ternyata Tuhan telah memanggil Zara. Menjerit sampai tenggorokan kering serak ingin ia ungkapkan ketika sesosok jelita hatinya telah terbaring dengan surat ditanganya.
"kamu berhasil sayang. Bisakah kamu melakukanya setiap hari?
I LOVE U. Aku selalu berdoa, semoga tuhan akan mempertemukan kita di syurga-NYA".

Rabu, 20 Maret 2013

Aku Akan Kembali

Namaku Puspita, aku sekolah di SMA Rafflesia. Aku duduk di kelas 1 sma. Aku termasuk siswa yang pandai, dan juga mudah bergaul. Aku mempunyai seorang sahabat dia bernama Tian. Tian adalah sosok sahabat yang baik, perhatian, dan selalu mengerti keadaanku, dilain waktu saat aku bersedih, dia yang selalu menghiburku. Suatu ketika dia memendam perasaan yang sama dan aku juga merasakannya.

“Puspita...” panggil seseorang itu dari arah belakang. Dan itu sahabatku Tian.
“Iya Yan...? ada apa?’’ tanyaku.
“pulang sekolah , ikut aku ya.. aku mau ngajak kamu ke suatu tempat.”
“oke baik.” dengan spontan dan tanpa keraguan aku menjawabnya.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Tian langsung menghampiriku dia sudah berdiri tepat di ambang pintu kelasku. Dia memanggilku sambil tersenyum.
“Puspita... ayok kita berangkat.”
 Tian tiba-tiba mengandeng tanganku , menuruni anak tangga, Dan segera menuju ke area parkir. Kelas kami berada di lantai 3 . Aku dan dia berbeda kelas . Sejak smp kita selalu bareng. Dan sampai SMA ini. Setelah kami tiba di area parkir, putra mengeluarkan motornya yang terparkir dekat pos satpam.
“ayok naik.” Tian mempersilahkan aku untuk naik ke motornya, dan kini kami berangkat meninggalkan area parkir. Juga sekolah.
“kita mau kemana?’’ tanyaku kepadanya.
“ke suatu tempat. Dan kamu pasti suka.” Setelah beberapa menit di perjalanan , kami pun sampai di tempat tujuan. Ternyata Tian mengajakku ke sebuah taman bermain. Di taman tersebut, terpampang air mancur yang begitu indah, banyak sekali bunga-bunga yang berwarna warni. Kami berdua duduk di kursi dekat taman.

“Puspita… “ panggil Tian kepadaku, sorotan mata tajam nya yang takkan pernah ku lupakan sejak dulu . deg…. Jantungku berdebar-debar. Aku tak mengerti tentang perasaan ku padanya, sudah 5 tahun kami bersama.. saling melengkapi satu sama lain. Tapi, tak pernah aku mengerti hubunganku dengannya.. yang aku tau, aku dan dia bersahabat.

“Tian, kok nangis?’’ tanyaku padanya. Tian meneteskan air matanya perlahan demi perlahan . Ku hapus air matanya yang membasahi kedua pipinya..
“aku gak nangis, aku Cuma bahagia aja punya sahabat kaya kamu.” Di usap rambutku dengan kelembutan tangannya. Tian memang sahabatku , dan juga kakak bagiku. karena itu aku tak mau kehilangannya.

“Puspita... suatu saat nanti, aku gak bisa terus berada di sisi kamu, kamu harus bisa nantinya tanpa aku. Aku gak mau terus-terusan jadi benalu yang selalu ada di hidupmu. Kamu harus bisa jalani hidup , dan mungkin tanpa aku. Ingat janji kita dulu, Kalo kita akan selalu bersama.”

“Tian kok ngomongnya gitu? tanpa kamu hidup, aku ga mungkin seceria ini. Karna kamu, hidup aku bahagia dan lebih berwarna. Kalaupun nantinya Tian ninggalin aku, aku akan cari Tian sampai kapanpun dan bakal nungguin Tian sampai Tian kembali. Entah beberapa lamanya”
“tapi, inget. Kalo Tian gak ada di samping kamu lagi. Kamu janji harus selalu tersenyum.”
“Iya, Puspita janji… dan seorang Puspita akan selalu tersenyum untuk Tian.”

Hari sudah semakin berlarut. Meninggalkan semua kisah yang ada. Taman tersebut menjadi ikatan janji mereka.

***
Keesokan harinya di sekolah, tepat pukul 06:15 menit.

“Puspita, ini ada surat untuk kamu.”dihampirinya jelita , Di kasihnya sepucuk surat itu untuknya yang terpampang besar siapa nama pengirim surat itu. yaitu “Tian” .

Deg…… hati Puspita tiba-tiba gelisah tak menentu. Tak mengerti apa yang sedang iya rasakan saat ini. Di bukanya isi surat itu perlahan.

“Puspita… ini aku Tian, maafin aku ya kemarin aku gak sempet berfikiran untuk ngomong ke kamu. Karna semua itu terlalu berat untukku. Aku gak sanggup ninggalin kamu disini. Mungkin, saat kamu baca surat ini aku sudah tiba di Kalimantan. Papaku dinas disana, dan terpaksa aku ikut dengannya. Maafin aku ya Puspita. Inget janji kita. Kamu harus tetap tersenyum. Suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi.“

Di akhirinya akhir surat itu. Puspita yang hanya bisa diam membisu dan pucat pasi di tempat duduknya. Perlahan iya menteskan air mata dan tidak percaya akan semuanya. Tak pernah iya mengerti akan semua perasaannya. Sedih, kecewa, semuanya yang iya alami saat ini. Tak sempat iya mengatakan tentang perasaannya yang sebenernya kepada Tian. Cinta… mungkin ini yang aku rasakan. Perasaan itu tak pernah ku sadari sebelumnya, setelah kepergianmu baru aku menyadari.. Cinta itu ada.

***
Setelah pulang sekolah, aku bergegas untuk pergi kerumah Tian. Tetapi hasilnya nihil, tak ada satupun orang yang menjawab sapaanku. Rumah itu kosong. Puspita tak tau harus mencari putra kemana lagi. Akhirnya , aku memutuskan untuk pergi ke Taman kemarin, terakhir kali aku bertemu dengannya, bersamanya…. Taman itu sepi.. tak seperti biasanya, tak banyak orang yang lewat area taman bermain itu. dihampirinya kursi taman tempat aku duduk bersama Tian waktu itu. Aku mengingat kembali perpisahan terakhirku dengannya. Aku meneteskan air mata.

***
Setelah 2 tahun aku menunggu, Tian tak juga ada kabar. Selama itu aku tak pernah seceria dulu. Hanya kesedihan yang tampak di wajahku. Sesering kali aku mengingat kenangan itu, itu membuatku sakit. Sekalipun aku mencoba melupakannya, itu akan semakin sakit. Beberapa sering aku memutar lagu pasto’aku pasti kembali’ liriknya yang benar-benar menyentuh hatiku.

Reff : aku hanya pergi tuk sementara..
bukan tuk meninggalkanmu selamanya..
aku pasti kan kembali, pada dirimu ..
tapi kau jangan nakal.. aku pasti kembali…..

selama 2 tahun, kenangan itu menghantui harii-hari ku . tang sanggup aku melupakannya. Kini aku benar-benar mencintainya. Cinta bukan lagi sekedar sahabat , tetapi perasaan yang lebih dari pada itu.

hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 17 , sekarang aku sudah duduk di bangku kelas 3 sma, sekalipun aku ingin pindah ke lain hati dan berpaling dari Tian, aku masih takut. Karena luka yang ada di hatiku masih ada. Setelah malam kian tiba, Tian tak juga mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Padahal hanya sapaannya, dan ucapannya yang begitu berarti untukku..
hari ini sweet seventeen ku. Dan mungkin itu semua tak ada artinya kalau putra tak ada di sampingku. Malam ini aku ingin sekali pergi ke taman itu. untuk menenangkan diri disana, mungkin hanya beberapa saat. Aku akhirnya memutuskann untuk pergi kesana dan meninnggalkan acara dan tamu undangan yang telah hadir di pesta ulang tahunku yang ke 17 itu. Aku pergi ke sana dengan di temani teman sekolahku dan setelah beberapa menit di perjalanan, aku tiba di taman itu. aku tak menyangka.. begitu indah suasana taman tersebut dengan lampu lampion-lampion yang khas terpampang disana. Dekorasi lampu-lampu kecil di setiap pohon yang mengelilingi menambah indah suasana taman itu. aku duduk di kursi putih taman itu. tiba-tiba beberapa saat aku memejamkan kedua mataku dan membukanya kembali aku melihat sesosok Tian di depan mataku. Dia tampak berbeda dari dahulu, aku tak percaya kini dia ada di depan mataku, atau mungkin ini hanya ilusiku.

“happy birthday Puspita... aku nepatin janjiku kan , kita pasti bertemu kembali. Dan aku telah kembali.”
“ini benar kamu?’’ tanyaku tak percaya.
“iya, ini aku. aku Tian.”
“kemana aja kamu, kamu gatau aku disini sedih mikirin kamu, kamu gak ada kabar dan hilang gitu aja.”
“maafin aku, aku Cuma gak mau ganggu konsentrasi belajar kamu.”

Tian menghampiriku dan memberiku sekotak bingkisan tanda ucapan ulang tahunku. Dan ternyata itu adalah sebuah kalung yang berukiran tulisan nama kita berdua. Gaun cantik yang aku kenakan malam itu saat ulang tahunku berwarna putih, dan juga putra, membawa bunga mawar merah kesukaaanku dan ia mengenakan jas kemeja putih.

“aku janji gak akan ninggalin kamu lagi. Aku gak bisa tanpamu. Aku mencintaimu, aku sayang kamu Puspita.” Kini dia menggutarakan isi hatinya, hanya itu kata yang aku tunggu selama ini dari mulutnya.

“akupun begitu. Ini adalah hari terindahku. Kamu kembali, untuk menjadi sahabatku, juga kekasih bagiku…..”