Balikpapan menjadi pembuka pensi di Jambore Pemuda Daerah
malam nanti, suatu kehormatan sekali rasanya. Setelah Balikpapan akan disusul
dengan Kutai Barat, Kabupaten Berau, Samarinda, dan Mahulu.
Sejak sore, kami kontingen dari Balikpapan sudah melakukan
persiapan. Mulai dari blocking panggung, glady, dan check sound. Setelah itu
kami pun persiapan mengenakan baju dayak untuk pensi nanti. Kami akan
menampilkan sebuah teatrikal puisi dalam tari yang kugarap sendiri. Dan
Alhamdulillah 2 tahun berturut-turut memang akulah yang dipercaya sebagai
penata gerak dan musik dari Balikpapan.
Sore itu, memang ada keanehan yang kurasakan. Seperti ada
yang mengikuti bahkan mencoba mendekat dengan aku. Entah apalah itu…. Sampai
akhirnya aku memutuskan untuk ikut menari bersama para kontingen. Akupun heran
kenapa tiba-tiba aku ingin menari, padahal sangat kurasakan kelelahan ditubuhku
apalagi beberapa hari terakhir aku memang kurang istirahat dan terlalu banyak
begadang.
Semakin dekat waktu untuk kami tampil, maka semakin aneh
juga yang kurasakan pada saat itu. Tubuhku mendadak meriang dan berkeringatan
terus menerus, padahal cuaca pada saat itu tidaklah panas. Tapi aku hanya
menanggapinya secara positif saja, mungkin memang kondisi tubuhku yang mulai
lemah fikirku.
Sampai tiba dimana MC membuka acara pada malam itu, lalu
mengenalkan ketiga dewan juri yang berasal dari PPMI dan terakhir menyebutkan
kontingan yang akan tampil mala mini.
“Jreenngg…. Reza menggenjrengkan gitarnya. Panca membuka
suara dengan memberikan nada-nada mistis yang kuajarkan kepadanya. Lalu Ayu dan
Ketty menyusul dengan lagu khas Kalimantan Timur “Leleng”. Puisi dibacakan,
penari masuk, dan musik terus dimainkan. Sementara aku di bawah panggung
bersiap untuk masuk kedalam tarian. Tiba masa aku masuk dengan pertunjukkann
apiku. Kubakar dedaunan dan kertas serta kulengkapi dengan sedikit kemenyan
untuk menciptakan bau-bau yang cukup menyeramkan. Kuletakkan di lantai,
kukelilingi apinya, dan akhirnya kupadamkan dengan kakiku sendiri. Musikpun
terus bergemuruh, tabuhan jimbe yang di mainkan oleh Reza terasa berbeda
ditelingaku. Nafasku terus berderu mengikuti hentakkan musik, mataku semakin
kabur namun tubuhku terasa sangat ringan. Bila kuingat-ingat sepertinya badanku
bergerak sendiri. Hanya itu terakhir yang kurasakan. Saat aku membuka mata,
yang ada disekelilingku adalah orang-orang yang ku kenal. Aku berada ditenda
sudah tanpa perlengkapan tarianku. Aku sempat lupa apa yang sudah terjadi saat
aku membuka mata, malahan aku berfikir bahwa aku belum sama sekali menari.
Akhirnya dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi, bahwa yang
menari tadi bukanlah aku.
Entah siapapun itu yang menari, tapi sudah mampu membuat
banyak orang ketakutan.
Aku melihat rekaman saat aku menari, betapa terkejutnya aku
melihat diriku sendiri menari tanpa sadarkan diri. Mataku terlihat putih semua,
teriakkanku, dan gerakannya. Bukan seperti yang biasa kulakukan.
Apapun yang terjadi pada malam itu sangatlah luar biasa
menurutku, mungkin ada berbagai macam faktor mistis yang menyebabkan itu semua.
Ternyata dari berbagai daerah, berbagai macam tari pedalaman
yang kupelajari, ada nilai tinggi yang bisa kupetik. Sebuah penjiwaan,
perasaan, dan pendalaman suasana sudah bisa aku lakukan.
Dan menurutku itu salah satu penyebab kenapa aku bisa menari
tanpa sadarkan diri.
Ini adalah ceritanya, entar di upload videonya deh….